Suara.com - Ahli pendidikan seksual, Justine Ang Font dari New York menyarankan untuk tidak memberikan istilah-istilah pada alat kelamin untuk anak. Di Indonesia, umumnya orangtua akan memberikan nama dengan istilah kemaluan, burung, dan lain sebagainya untuk menyebutkan penis atau vagina.
Melansir dari Insider, penelitian menunjukkan pendidikan seks yang berfokus pada consent yang inklusif dapat mencegah pelecehan seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, dan infeksi menular seksual saat anak-anak tumbuh dan menjadi identitas seksual mereka.
Consent sendiri persetujuan afirmatif yang diberikan secara sadar, tidak dalam paksaan atau hasutan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas seksual atau non-seksual.
"Kami ingin memberdayakan mereka dengan kata-kata (untuk alat kelamin mereka) dan memberdayakan mereka dengan cara menegaskan diri mereka sendiri dan memahami seperti apa batasan tubuh itu," kata Fonte kepada Insider.
Fonte mengajari anak-anak dengan kata 'penis' dan 'vagina' untuk mencegah rasa malu dan ketabuan sebelum mendefinisikan apa itu consent. Fonte mengajari siswa kelas satu istilah yang benar untuk alat kelamin mereka.
Dia mengatakan menggunakan kata 'penis' dan 'vagina' dapat mencegah perasaan malu dan memungkinkan anak-anak merasa aman berbicara tentang bagian tubuh mereka.
"Ketika Anda memberi nama panggilan untuk alat kelamin, Anda mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan kata yang sebenarnya, yang membuatnya tampak seperti ada yang salah dengan bagian tubuh yang sebenarnya," kata Fonte kepada Insider.
Untuk memperkenalkan konsep consent kepada anak-anak, Fonte menjelaskan bahwa penis dan vagina setiap orang bersifat pribadi. Dia mengatakannya secara sederhana karena mereka tahu apa arti kata pribadi.
Dia juga memberi tahu siswa bahwa mereka bertanggung jawab atas tubuh mereka, dan harus bisa memutuskan untuk memberikan izin atau tidak kepada siapa pun yang ingin menyentuh tubuh mereka.
Baca Juga: Studi Temukan Anak-Anak dengan Long Covid-19 Alami 4 Gejala Ini!
Ketika Fonte mengajarkan consent, dia memberi tahu siswa bahwa mereka selalu diizinkan untuk berbicara 'tidak' atau menolak ketika mereka merasa tidak nyaman di sekitar orang dewasa tertentu.
"Orangtua murid pernah mengirim email kepada saya dan ngatakan, 'Saya sangat bangga dengan anak saya hari ini di dokter anak. Dia berkata kepada dokternya, bahwa dokter harus bertanya kepadanya terlebih dahulu sebelum menurunkan celananya karena itu adalah bagian pribadinya,'" kata Fonte.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan