Suara.com - Untuk kedua kalinya Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI di tengah pandemi Covid-19. Artinya Indonesia masih berjuang untuk segera merdeka dan keluar dari pandemi.
Jubir Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan kilas balik perjuangan bangsa Indonesia melawan pandemi, yang berhasil suara.com rangkum dari konferensi pers, Selasa (17/8/2021).
1. Indonesia di puncak kasus pertama
Tepat di tanggal 25 Januari 2021 bangsa Indonesia menghadapi puncak kasus pertama, yaitu 89.083 kasus dalam satu minggu, yang akhirnya pemerintah menetapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Jawa-Bali dan PPKM Mikro Nasional.
Hasilnya bangsa Indonesia berhasil menghadapi gelombang kasus tersebut, lalu kasus terus menurun hingga titik terendah pada tanggal 10 Mei 2021.
"Dengan total kasus 26.088 kasus atau turun sebesar 29,29 persen dari puncak kasus pertama," ungkap Prof. Wiku.
2. Menghadapi libur lebaran 2021
Bukan Indonesia namanya jika tidak merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan tradisi mudik ke kampung halaman, di sinilah kembali bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan besar.
"Termasuk upaya pencegahan masuknya varian dari luar negeri, usaha menekan mobilitas penduduk, dan daya juang dalam mempertahankan kedisiplinan protokol kesehatan," kata Prof. Wiku.
Baca Juga: Uji Coba Buka Mal Wajib Sertifikat Vaksin Diperluas ke 20 Daerah PPKM Level 4
Di masa ini vaksinasi tengah digencarkan, dan terus didorong untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity yang terus digencarkan hingga saat ini. Ditambah vaksinasi juga berkejaran dengan mutasi virus atau varian virus corona yang terus bermunculan.
3. Hadapi lonjakan puncak kasus kedua
Berbagai dinamika yang dimulai sejak libur lebaran, masalah vaksiansi hingga virus corona varian Delta yang mampu menyebar dengan cepat, perlahan tapi pasti semakin banyak menginfeksi masyarakat Indonesia.
Hasilnya tantangan sangat berat dipikul bangsa Indonesia, dengan lonjakan kasus atau puncak kasus kedua yang tembus 349.308 dalam waktu satu minggu atau meningkat 92,5 persen dari titik terendah.
"Jumlah kasus pada puncak kedua ini mencapai 4 kali lipat puncak pertama dan dicapai dalam kurun waktu satu setengah kali lebih cepat, dibanding puncak pertama yaitu hanya 9 minggu. Sedangkan puncak pertama membutuhkan waktu 13 minggu," terang Prof. Wiku.
4. Pemberlakuan PPKM darurat
Di saat lonjakan kasus melambung tinggi, dan angka kematian terus mencatatkan rekor, barulah pemerintah mengambil sikap menetapkan PPKM darurat yang dibarengi dengan ketegasan para petugas di lapangan, menindak mereka yang melanggar aturan.
Lalu PPKM darurat diubah menjadi konsep level1, level 2 ,level 3, dan yang tertinggi level 4 sejak 3 Juli 2021. Kebijakan ini terus diperpanjang hingga kini, dan beruntungnya cukup efektid menurunkan kasus positif nasional tanah air.
"Hingga minggu lalu, kasus positif nasional mingguan telah mengalami penurunan selama 4 minggu berturut-turut atau turun sebesar 41,6 persen dari puncak kedua," jelasnya.
Hingga hari ini, Selasa 17 Agutus 2021 pemerintah masih memperpanjang PPKM level 4 hingga 23 Agutus 2021 mendatang, lantaran angka kasus positif Indonesia masih cukup tinggi, terlebih angka kematian akibat infeksi Covid-19.
"Meskipun jumlah kasus masih tinggi jika dibandingkan sebelum kasus pada bulan Mei lalu. Meski demikian perjuangan melawan pandemi ini belumlah berakhir, sampai saat ini kita masih melihat laju penambahan kasus yang tajam," pungkas Prof. Wiku.
Berita Terkait
-
Korupsi Wastafel Rp43,59 Miliar saat Pagebluk Covid-19, SMY Ditahan Polisi
-
Katanya Ekonomi Tumbuh 5,12 Persen, Kok BI Pakai Skema saat Covid-19 demi Biayai Program Pemerintah?
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
Sherly Tjoanda Gubernur Maluku Utara Kibarkan Bendera di Bawah Laut
-
Tampil di HUT RI, Bocah 'Aura Farming' Pacu Jalur Bikin Prabowo Terkesima
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?