Suara.com - Ada kabar baik lagi terkait program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Hari ini, Indonesia kembali menerima 684.900 dosis vaksin AstraZeneca. vaksin itu diterima dalam bentuk jadi.
"Di tengah kebutuhan vaksin yang mendesak di seluruh dunia, kita harus bersyukur pemerintah dapat memastikan stok vaksin bagi bangsa Indonesia," kata Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari ANTRARA.
Ia menjelaskan bahwa semua vaksin yang dipakai di Indonesia aman dan berkhasiat untuk melindungi dari gejala berat juga kematian akibat COVID-19. Sehingga, ia meminta masyarakat jangan ragu untuk bisa segera vaksin.
Hingga kini, total vaksin jadi AstraZeneca, baik melalui pembelian langsung maupun kerja sama multilateral dan bilateral saat ini berjumlah 24.520.300 dosis. Total vaksin yang ada di Indonesia dalam bentuk bahan baku (bulk) dan vaksin jadi berjumlah 268.235.300 dosis.
Pemerintah terus berupaya mengamankan ketersediaan vaksin dan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk distribusi vaksin secara cepat dan tepat sasaran. Tempat layanan vaksinasi saat ini tersebar hingga pelosok Indonesia.
Data pemerintah per 21 September pukul 18.00, ada 81 juta orang yang mendapatkan vaksin dosis pertama dan 46 juta mendapatkan dosis lengkap.
Angka tersebut setara dengan 39 per 100 orang penduduk sasaran vaksinasi sudah mendapatkan vaksin dosis pertama.
"Pemerintah sangat mengharapkan dukungan para orang tua, untuk membantu para penerus bangsa kita segera mendapatkan proteksi dari virus COVID-19. Mari kita antar anak-anak kita melakukan vaksinasi agar semakin banyak anggota keluarga yang terlindungi," kata Nadia.
Nadia menyoroti masih rendahnya cakupan vaksinasi bagi lansia yang belum menunjukkan peningkatan signifikan. Dari 21,5 juta sasaran vaksinasi, jumlah yang sudah mendapatkan dosis pertama masih berada pada kisaran angka 27,75 persen sedangkan yang sudah mendapatkan dosis kedua sekitar 19,40 persen.
Baca Juga: 684.900 Dosis Vaksin AstraZeneca Mendarat di Bandara Soetta
Vaksinasi untuk warga lanjut usia perlu didorong karena kelompok tersebut memiliki risiko kematian tertinggi jika terinfeksi COVID-19.
Nadia mengharapkan petugas di daerah bisa memberikan kemudahan akses dan layanan sehingga lebih banyak warga lansia yang terjangkau vaksinasi.
Selain itu, pemerintah juga mengajak keluarga para lansia untuk membantu mereka segera vaksin demi melindungi kesehatan kelompok rentan ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?