Suara.com - Seseorang yang baru terkena stroke, dalam 48 jam pertama serangan sebaiknya dilakukan pemantauan gangguan aritmia atau detak jantung tidak normal.
Meski pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, namun pasien yang terkena stroke bisa jadi ada masalah pada denyut jantung sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah ke otak.
"Sebenarnya kita harap pasien stroke yang alami akut, pada pertolongan pertama kita masukkan ke dalam ruangan khusus yang ada monitoring sehingga irama jantung terlihat. Tetapi problem di lapangan ini tidak selalu terjadi karena walaupun rumah sakit punya stroke care unit tidak semua bisa masuk," kata dokter spesialis saraf dr. Rakhmad Hidayat, Sp.S(K), dalam webinar daring RS Universitas Indonesia, Selasa (28/9/2021).
Pemantauan denyut jantung pada pasien stroke akut seharusnya dilakukan selama 48 jam sejak serangan pertama. Kurang dari 24 jam, dokter bisa menemukan ada atau tidaknya Aritmia tersebut.
Menurutnya, lebih dari setengah pasien stroke mengalami aritmia meski tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
"Jadi aritmia ketika sudah stroke akan bikin aritmia lagi dan jadi faktor stroke berikutnya. Itu yang kita khawatirkan," ucapnya.
Ia menjelaskan, aritmia bisa menyebabkan stroke karena adanya gangguan pada jantung. Tugas jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh jadi tertahan akibat terjadi aritmia.
Akibatnya terjadi penahanan aliran darah hingga menjadi gumpalan atau yang disebut juga tromboeboli.
"Dan kalau pada saat irama lebih cepat maka tromboeboli ini yang akan terbawa aliran darah hingga ke otak. Sehingga ini yang akan menjadi stroke," jelasnya.
Baca Juga: Cegah Kematian, Dokter Minta Pasien Jantung untuk Lakukan Vaksinasi COVID-19
Pada pasien stroke, biasanya dokter akan mencari faktor resiko penyumbatan darah di tiga area organ. Yakni, jantung, pembuluh darah leher, dan pembuluh darah kecil di otak.
"Kalau kita ketemu, kita baru berikan pengobatan berdasarkan penyebabnya," ucap dokter Rakhmat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru