Suara.com - Tekanan darah tinggi salah satu kondisi yang bisa menyebabkan penyakit jantung hingga stroke. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan obesitas.
Tapi, tak banyak yang tahu bahwa tempat tinggal juga turut berdampak pada tekanan darah tinggi. Sebuah penelitian dalam jurnal Frontiers in Physiology, jumlah kasus rawat inap dan kematian terkait stroke pada orang yang tinggal di dataran tinggi dan rendah berbeda.
Mengejutkannya lagi, penelitian ini menemukan orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki risiko stroke yang lebih rendah dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah.
"Bahkan mereka yang tinggal dalam ketinggian 2.000 dan 3.500 meter memiliki perlindungan yang lebih kuat terhadap tekanan darah tinggi," kata penelitian dikutip dari Express.
Mereka yang tinggal di dataran tinggi yang lebih tinggi harus beradaptasi, bila hidup di daerah yang ketersediaan oksigennya lebih sedikit.
Studi penelitian ini mengambil contoh di Ekuador, sebuah negara di Amerika Selatan yang terdiri dari beberapa wilayah dengan ketinggian berbeda-beda.
- Ketinggian rendah: tempat tinggal dataran tinggi yang ketinggiannya di bawah 1.500 meter
- Ketinggian sedang: tempat tinggal dataran tinggi yang ketinggiannya antara 1.500 hingga 2.500 meter
- Ketinggian tinggi: tempat tinggal dataran tinggi yang ketinggiannya antara 2.500 hingga 3.500 meter
- Ketinggian sangat tinggi: tempat tinggal dataran tinggi yang ketinggiannya antara 3.500 hingga 5.500 meter
Profesor Esteban Ortiz-Prado mengatakan penelitian ini bertujuan meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan yang masih sangat sedikit dieksplorasi.
Hasil penelitian ini pun menemukan bahwa orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami stroke pada usia yang lebih tua dibandingkan mereka yang tinggal di dataran rendah.
Selain itu, mereka yang tinggal di ketinggian lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal karena stroke. Hipotesis ini terjadi karena orang yang tinggal di dataran tinggi telah beradaptasi dengan tingkat oksigen yang rendah.
Baca Juga: Pfizer Buat Pil Antivirus untuk Cegah Virus Corona Covid-19
Sehingga, tubuh mereka lebih siap menumbuhkan pembuluhdarah baru untuk membantu mengatasi kerusakan terkait stroke.
"Mereka mungkin juga memiliki jaringan pembuluh darah yang lebih berkembang di otak, sehingga membantu mereka memaksimalkan oksigen dan juga melindungi mereka dari efek buruk stroke," jelas penelitian tersebut.
Salah satu cara terbaik untuk meminimalkan risiko stroke adalah menurunkan tekanan darah tinggi. Para ahli di NHS menyarankan Anda untuk melakukan penyesuaian gaya hidup, seperti mengurangi konsumsi kafein.
Kafein tidak hanya ditemukan dalam kopi, tetapi juga ditemukan dalam teh, cola, dan beberapa minuman energi. Selain itu, Anda juga perlu mengurangi asupan garam, termasuk dalam makanan yang Anda konsumsi.
Olahraga konsisten setiap hari juga termasuk cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah dan risiko stroke dalam jangka panjang. Jangan lupa, konsumsi makanan rendah lemak dan seimbang yang mencakup banyak buah serta sayuran.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru