Suara.com - Vaksin mosquirix jadi vaksin malaria anak pertama dunia yang telah diakui organisasi kesehatan dunia WHO. Proses pembuatan vaksin sendiri memakan waktu 30 tahun lamanya.
Vaksin mosquirix untuk malaria ini bekerja untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap plasmodium falciparum, yaitu parasit penyebab malaria paling mematikan dan paling umum di Afrika.
Selain jadi vaksin pertama yang diakui WHO, vaksin ini juga merupakan vaksin pertama yang menyelesaikan uji klinis skala besar, dan menunjukan secara signifikan mengurangi keparahan malaria yang mengancam jiwa anak-anak di Afrika.
Bahkan menurut WHO, ini adalah vaksin pertama yang dikembangkan untuk melawan penyakit apapun yang disebabkan parasit.
"Ini adalah momen bersejarah. Vaksin malaria untuk anak-anak yang telah lama ditunggu-tunggu merupakan terobosan bagi ilmu pengetahuan, kesehatan anak, dan pengendalian malaria," ujar Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, mengutip Live Science, Kamis (7/10/2021)
Tedros menambahkan, penggunaan vaksin ini bisa menyelamatkan puluhan ribu jiwa usia muda setiap tahunnya.
Adapun vaksin ini sudah melewati serangkaian uji klinis skala besar yang dikembangkan perusahaan perawatan kesehatan Inggris, GlaxoSmithKline.
Vaksin mampu mencegah 4 dari 10 kasus malaria, dengan tingkat kemanjuran 39 persen, selama rentan waktu empat tahun dengan empat dosis berturut-turut yang diterima anak-anak.
Selain itu, vaksin ini juga bisa mencegah 3 dari 10 kasus malaria berat, dengan tingkat kemanjuran 29 persen.
Baca Juga: Kejar Target Tuntas Vaksin, Enam Kecamatan di Jogja Capai 100 Persen
Setelah uji klinis berhasil, WHO lantas merekomendasikan agar vaksin diujicobakan di daerah tertentu seperti Ghana, Kenya, dan Malawi.
Menurut data WHO, Melalui program ini sejak 2019, lebih dari 800.000 anak di negara tersebut sudah divaksinasi.
Vaksin diberikan pada anak usia minimal 5 bulan, dan terbukti aman mengurangi 30 persen kasus malaria parah yang mematikan.
Saat ini malaria di daerah penularan tinggi bisa dikendalikan dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida sekali atau dua kali setahun, serta tidur di bawah kelambu berinsektisida.
Kandidat vaksin malaria lainnya yang sedang diuji, tengah dikembangkan para peneliti di University of Oxford, dengan kemanjuran 77 persen pada uji klinis tahap awal, dan saat ini sedang menjalani uji klinis skala besar.
Dan jika ini berhasil, maka ini jadi satu-satunya vaksin malaria yang berhasil melewati target WHO, di mana vaksin malaria mencapai setidaknya minimal 75 persen kemanjuran di 2030 mendatang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?