Suara.com - Sekitar 236 juta orang sudah pulih dari infeksi virus corona Covid-19 di seluruh dunia. Tapi, lebih dari setengah orang mengalami gejala Long Covid-19 hingga 6 bulan setelah pulih.
Long Covid-19 adalah gejala virus corona Covid-19 berkepanjangan yang berkaitan dengan kelelahan, kesulitan bernapas, nyeri dada, nyeri pada persendian dan hilangnya indera penciuman serta perasa.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim peneliti dari Pennsylvania State University di AS. Para peneliti memeriksa 57 studi global yang melibatkan 250.351 orang yang pulih dari virus corona Covid-19 dan belum vaksinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa dan anak-anak sama-sama bisa mengalami masalah kesehatan yang merugikan selama 6 bulan atau lebih lama setelah sembuh dari virus corona Covid-19.
Komplikasi akibat virus corona pun mempengaruhi kesejahteraan umum pasien, mobilitas atau sistem organ. Sementara secara keseluruhan, satu dari dua penyintas, yakni 50 persen menderita gejala Long Covid-19.
Orang-orang dengan Long Covid-19 ini mengalami penurunan berat badan, kelelahan, demam, nyeri dan lima orang yang selamat mengalami penurunan mobilitas.
Lalu dilansir dari Times of India, 6 dari 10 orang yang sembuh dari virus corona Covid-19 juga mengalami perubahan pada paru-paru, seperempat lainnya mengalami kesulitan bernapas dan 1 dari 5 pasien mengalami ruam hingga rambut rontok.
Bahkan, nyeri dada, palpitasi, kehilangan nafsu makan, sakit perut, muntah dan diare juga merupakan gejala Long Covid-19 yang sering dilaporkan.
Hal ini menandakan bahwa sembuh dari virus corona Covid-19 tidak membuat seseorang langsung pulih sepenuhnya. Gejala virus corona berkepanjangan salah satu efek samping yang harus dihadapi setelah pulih.
Baca Juga: Mungkinkah Virus Corona Covid-19 Sebabkan Batuk Berdahak?
Penyebab terjadinya Long Covid-19 sendiri belum jelas. Tapi, para peneliti percaya bahwa overdrive sistem kekebalan yang dipicu oleh virus, infeksi yang berkepanjangan, infeksi ulang atau peningkatan produksi antibodi dapat menjadi penyebabnya.
Intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penyintas virus corona Covid-19. Bahkan, petugas medis mungkin juga harus bersiap menghadapi lonjakan pasien dengan masalah kejiwaan dan kognitif, seperti depresi, kecemasan dan gangguan stres pasca-trauma terkait pandemi virus corona Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat