Suara.com - Sejak tahun lalu, pandemi Covid-19 memaksa banyak orang lebih sering beraktivitas di dalam rumah. Kondisi itu mungkin telah mengubah kebiasaan sejumlah orang jadi jarang aktivitas fisik tapi lebih banyak makan.
Dokter mengingatkan, perubahan pola hidup seperti itu tidak sehat bagi tubuh dan berisiko mempercepat terjadinya osteoporosis.
"Jelas itu meningkatkan risiko osteoporosis dan fraktur (patah tulang) karena perubahan pola makan dan juga perubahan aktivitas," kata Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR., dalam webinar Hari Osteoporosis Sedunia, Selasa (19/10/2021).
Meski wabah Covid-19 masih terjadi, dokter Bagus mengingatkan kalau bergerak aktif harus tetap dilakukan meski hanya di dalam rumah. Melakukan latihan sederhana seperti jalan di tempat, pushup, maupun ikut senam secara virtual masih bisa dilakukan dalam ruangan terbatas.
Seseorang yang sudah mengalami osteoporosis akan lebih mudah alami fraktur. Oleh sebab itu, dokter Bagus ingatkan bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko osteoporosis untuk bisa menjaga kepadatan tulang dengan menjalankan pola hidup lebih sehat.
"Kita harus memahami faktor risikonya dulu, apakah kita berusia rentan, pola makan juga, bagaimana aktivitas kita, faktor keluarga. Kalau itu ada, kita memiliki faktor risiko osteoporosis. Segera konsultasi ke dokter, untuk memastikannya memang harus dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang," jelasnya.
Kerap identik dengan penyakit lansia, dokter Bagus mengingatkan kalau pengeroposan tulang bisa terjadi sebelum mencapai usia lanjut atau di atas 65 tahun. Pada saat lansia, jika sudah didiagnosis osteoporosis justru terlambat untuk memperbaikinya. Sehingga yang bisa dilakukan menjaga agar tidak terjadi patah tulang.
Ia juga mengingatkan, sebagai tindakan pencegahan osteoporosis bisa dilakukan tes kepadatan tulang secara berkala. Terutama bagi yang sudah mendekati usia lanjut. Cara paling sederhana dan bisa dilakukan sendiri dengan mengukur tinggi badan.
"Mengukur tinggi badan setiap tahun, kita perlu tahu apakah menurun tinggi badannya. Kalau menurun, itu tanda awal dari osteoporosis. Kemudian segera pemeriksakan kepadatan tulang ke dokter," sarannya.
Baca Juga: Saking Rapuhnya, Penderita Osteoporosis Bisa Alami Patah Tulang Hanya Gara-Gara Batuk
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat