Tahun pertama kehidupan orang tua memberi makan anak-anak sesuai permintaan, terutama ASI atau susu formula.
Tetapi ketika anak memasuki dunia makanan, dari situlah mulai mengatakan “saya lapar” karena bosan, kesal atau sekedar ingin makan biskuit.
Apa yang harus dilakukan sebagai gantinya? Gabungkan apa yang disebut para peneliti sebagai “pemberian makanan berbasis struktur” ini adalah rutinitas makan di mana makanan dan camilan berada pada waktu yang dapat diprediksi dan dimakan di meja.
Hal ini memungkinkan anak-anak untuk fokus pada rasa lapar dan kenyang, tidak makan karena alasan tidak lapar dan mendapatkan jumlah makanan yang dibutuhkan.
4. Memberikan semua barang perhatian
Entah itu mengomel pada anak-anak untuk makan lebih sedikit, menghadiahi anak dengan permen, menjauhkan permen untuk disiplin atau mengatakan betapa buruknya ketika makan permen bagi kesehatan, semua ini hanya memberi perhatian lebih pada permen. Hal ini membuat barang lebih diinginkan.
Orang tua dapat menggantinya dengan menetralkan kekuatan barang dengan menyajikannya pada waktu yang dapat diprediksi, memungkinkan anak-anak menikmatinya tanpa rasa bersalah dan menciptakan apa yang disebut “kebijakan barang fleksibel.”
Ini adalah penawaran permen biasa sehingga anak-anak tahu apa yang diharapkan.
5. Mengabaikan efek stres
Baca Juga: Biasakan Anak Makan Buah dan Sayur, Dokter Zaidul Akbar: Gunakan Prinsip Otoriter!
stres berlebihan dikaitkan dengan peningkatan asupan makanan padat energi secara keseluruhan. Banyak anak-anak stres tetapi orang tua mengabaikannya.
Menurut survey WebMD yang harus dilakukan orang tua sebagai gantinya adalah waspadai bagaimana stres mempengaruhi seluruh keluarga.
Mulailah dengan tiga perilaku yang membantu orang mengatasi stres makan seimbang. Aktivitas fisik dan tidur menjadikannya bagian dari rutinitas harian keluarga. Carilah penyebab stres tersembunyi untuk mengolahnya. (Kontributor: Elisa Naomi)
Berita Terkait
-
Selamatkan Diri dari Tamak dalam Buku Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk
-
Catat Mom, Sus Rini Pengasuh Rayyanza Ingatkan Bahaya Anak Makan Sambil Nonton
-
Jangan Suapi Anak Makan Sambil Nonton TV, Dokter Ungkap Bahayanya
-
Jangan Remehkan Gangguan Makan Pada Anak, Ini Tanda-Tanda Bahaya yang Perlu Diwaspadai Orang Tua
-
Nggak Perlu Galau Bunda, Ini Solusi untuk Anak yang Kurang Makan Sayur
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah