Suara.com - Beberapa waktu lalu ramai tersebar kabar bahwa ivermectin ampuh untuk mengobati Covid-19. Tapi, tidak lama kemudian, banyak ahli kesehatan memperingatkan untuk tidak menggunakannya dalam perawatan Covid-19.
Bahkan, kini Menteri Kesehatan (Menkes) Malaysia, Dr Hisham Abdullah mengungkapkan bahwa mengikuti hasil studi I-TECH oleh Institute for Clinical Research (ICR), Ivermectin hanya sesuai untuk digunakan dalam studi klinis dengan pemantauan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga telah menyatakan tentang penggunaan Ivermectin dan bahwa itu tidak dapat direkomendasikan untuk dipublikasikan dalam pedoman pengobatan Covid-19 saat ini.
Sebanyak 500 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam Kategori 2 dan 3 dilibatkan dalam studi klinis untuk pengembangan pengobatan Ivermectin 5 hari. Penelitian dilakukan oleh dokter penyakit menular dan klinisi yang terlibat aktif dalam penanganan Covid-19.
Dilansir dari World of Buzz, satu kelompok pasien diberi pengobatan Ivermectin, sedangkan kelompok lainnya diberikan perawatan standar berdasarkan pedoman kementerian kesehatan.
Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan besar dalam waktu yang dibutuhkan untuk penyakit berkembang menjadi parah, kecuali untuk efek samping yang sebagian besar berupa diare pada pasien yang menggunakan Ivermectin.
“Kemungkinan untuk memulihkan gejala pada hari kelima di antara kedua kelompok hampir serupa,” jelas Dr Hisham dan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan yang ditunjukkan secara statistik.
Dr Steven Lim Chee Loon, peneliti utama juga mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan besar antara 2 kelompok dalam aspek berikut,
Dengan demikian, kata kunci bahwa Ivermectin tidak dapat dipastikan dalam pengobatan Covid-19 saat ini dan tidak mengurangi penyakit parah dari virus itu sendiri.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 dan Inovasi Produk Lejitkan Penjualan Sepeda Lipat Element
Dr Hisham juga mendesak masyarakat, terutama praktisi medis untuk tidak mengiklankan atau menjual Ivermectin secara ilegal untuk mengobati virus sampai bukti ilmiah yang lebih kuat disajikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025