Suara.com - Sistem kekebalan tubuh memang bertugas untuk melindungi diri kita dari berbagai infeksi atau penyakit. Tetapi, pada beberapa orang, sel kekebalan dan protein menjadi terlalu 'sensitif' sehingga bisa menyerang sel, organ, dan jaringan sehat di dalam tubuh.
Serangan sel kekebalan terhadap organ, sel, dan jaringan sehat ini disebut autoimunitas, dan penyakitnya terbagi menjadi lebih dari 100 jenis. Mulai dari diabetes tipe I, lupus, hingga peradangan sendi rheumatoid arthritis.
Meski ada berbagai macam pengobatan, semua itu hanya untuk mengontrol gejalanya, bukan menyembuhkannya.
Menurut Live Science, prevalensi penyakit autoimun nampaknya meningkat di seluruh dunia. Tetapi para ahli belum mengetahui penyebabnya.
"Faktor gaya hidup, seperti perubahan pola makan, kemungkinan berkontribusi pada peningkatan jumlah," tutur peneliti Emily Edwards dari departemen imunologi dan patologi di Universitas Monash, Australia.
Lalu, apa penyebab penyakit autoimun secara umum?
Peneliti menduga penyakit autoimun merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Tetapi etiologi pastinya tidak jelas dan bervariasi pada setiap penyakit.
Namun, orang dengan riwayat keluarga dengan penyakkt autoimun lebih mungkin memilikinya juga. Misalnya, seorang ibu yang menderita multiple sclerosis, lebih mungkin menurunkannya ke anak-anaknya.
Johns Hopkins Medicine menjelaskan bahwa beberapa faktor lingkungan seperti polutan, obat-obatan tertentu, infeksi virus dan pola makan, juga terlibat dalam manifestasi penyakit autoimun.
Baca Juga: CDC: Orang dengan Gangguan Kekebalan Butuh 2 Dosis Suntikan Booster Vaksin Covid-19
Secara umum, wanita dua kali lebih mungkin menderita penyakit autoimun daripada pria. Sebuah makalah ulasan tahun 2020 yang terbit di jurnal Cureus mengungkap gangguan ini muncul selama periode stres yang ekstensif, seperti kehamilan.
Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS (HHS) mengatakan beberapa kondisi autoimun juga lebih sering terjadi pada ras dan latar belakang etnis tertentu. Misalnya, lupus paling parah pada orang Afrika-Amerika dan Hispanik.
Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri-ciri khusus, umumnya penyakit ini memiliki gejala khas, seperti kelelahan, pusing, demam ringan, serta peradangan yang dapat menyebabkan kemerahan, panas, nyeri, dan pembengkakan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda