Suara.com - Beberapa orang mungkin lebih senang mengonsumsi makanan pedas atau cabai. Rempah-rempah ini dikenal bermanfaat untuk membantu pembakaran lemak, jantung dan anti-penuaan.
Makanan pedas atau cabai juga sudah lama dianggap sebagai stimulan seks. Tetapi, belum banyak teori yang menjelaskan hubungan antara konsumsi makanan pedas dengan kehidupan seks seseorang.
Dr Karan Raj, seorang dokter NHS menjelaskan keyakinan bahwa orang yang mengonsumsi makanan pedas cenderung menyukai penyimpangan seks masokis.
Masokis merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual untuk mendapatkan suatu kepuasan dengan cara mendapatkan perlakuan kasar dari pasangannya.
Dr Karan tidak menunjukkan bukti yang spesifik mengenai teorinya, tetapi ia menegaskan bahwa keduanya memiliki hubungan. Jika Anda lebih suka mengonsumsi makanan pedas, Anda akan cenderung mengalami penyimpangan seks tersebut.
"Pedas bukan masalah selera. Lidah Anda hanya bisa merasakan manis, asin, pahit dan asam. Tapi, lidah Anda bisa mendeteksi rasa sakit dan suhu," kata Dr Karan dikutip dari The Sun.
Capsaicin merupakan bahan kimia yang ditemukan pada sebagain besar makanan pedas untuk mengikat reseptor rasa sakit di lidah. Jika Anda sangat menikmati konsumsi makanan pedas, itu termasuk bentuk dari masokisme jinak.
Capsaicin mengikat kelas khusus reseptor vanilloid di dalam mulut kita yang disebut reseptor VR1. Reseptor VR1 dirancang untuk mendeteksi panas dan mencegah kita memakan sesuatu yang terlalu panas.
Tapi, itu juga mengikat makanan pedas secara tak disengaja. Hal inilah yang menyebabkan konsumsi makanan pedas terasa panas di dalam mulut.
Baca Juga: Roy Suryo Duga Sopir Vanessa Angel Alami Microsleep, Ini Penyebab dan Gejalanya!
Dr Karan mengatakan keseringan mengonsumsi makanan pedas akan menurunkan kepekaan reseptor rasa sakit. Jika reseptor kepekaan ini semakin menurun, seseorang cenderung mengonsumsi makanan yang lebih pedas hingga merasakan rasa sakit.
Meskipun teori Dr Karan ini belum terbukti, kebiasaan mengonsumsi makanan pedas sebagai indikator kecenderungan seksual seseorang itu bukanlah hal baru.
Sebuah survei yang dilakukan oleh OnePoll atas nama El Yucateco menemukan bahwa mereka yang menyukai makanan pedas memiliki frekuensi hubungan seks lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak terlalu sering makan pedas.
Orang yang lebih senang konsumsi makanan pedas biasanya berhubungan seks sekitar 5,3 kali per bulan. Mereka juga lebih sering mencoba berbagai hal selama berhubungan seks.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan