Suara.com - Studi oleh peneliti di Kaiser Permanente yang terbit pada Kamis (11/11/2021) di jurnal Preventive Medicine menunjukkan bahwa orang yang sebelum pandemi virus corona rutin berolahraga mengalami lebih sedikit kecemasan dan depresi ketika lockdown mulai diberlakukan.
Selain itu, menurut peneliti, orang yang menghabiskan lebih banyak waktunya di luar ruangan mengalami sedikit dua masalah kesehatan mental itu daripada orang yang suka tinggal di rumah.
"Temuan studi ini memberi tahu kita bahwa, bahkan, selama pandemi atau krisis kesehatan masyarakat, orang haris didorong untuk aktif secara fisik demi menjaga kesehatan fisik dan mental mereka," kata penulis utama studi ini Deborah Rohm Young.
Studi ini dilakukan karena peneliti mengetahui bahwa aktivitas fisik dan menghabiskan waktu di alam berkaitan dengan peningkatan kesehatan mental, lapor Medical Xpress.
Untuk membuktikannya, pada April 2020 peneliti mengirimkan serangkaian survei Covid-19 ke lebih dari 250.000 orang di 6 wilayah yang dilayani Kaiser Permanente Research Bank, yakni Hawaii, Colorado, Georgia, negara bagian Atlantik tengah, California Selatan dan Utara.
Orang yang melaporkan terinfeksi Covid-19 tidak dimasukkan dalam analisis ini, sehingga hanya ada 20.012 responden. Mereka menyelesaikan setidaknya 4 survei antara April hingga Juli 2020.
Dari hasil survei peneliti menemukan:
- Laporan kecemasan dan depresi menurun seiring waktu
- Skor kecemasan dan depresi lebih tinggi pada wanita, tetapi lebih rendah pada orang Asia dan kulit hitam
- Peserta yang tidak melakukan aktivitas fisik mengaku mengalami depresi dan kecemasan yang tinggi dibanding orang yang berolahraga
- Menghabiskan sedikit waktu di luar ruangan dikaitkan dengan skor depresi dan kecemasan tinggi
Young menjelaskan bahwa selain untuk mendorong masyarakat untuk rutin berolahraga, studi ini juga mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan keputusan menutup taman dan area di luar ruangan.
"Penting untuk mempertimbangkan dengan hati-hati keputusan menutup taman dan area luar ruangan terhadap dampak negatif terhadap kesehatan mental masyarakat ," tandas Young.
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional, Wamenkes Ungkap Proses Transformasi Teknologi Kesehatan Indonesia
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek