Suara.com - Beberapa orang mungkin mengira perilaku psikopat lahir dari pengalaman traumatis selama masa kanak-kanak atau akibat dari broken home. Tapi, seorang ahli saraf dengan pengalaman meneliti otak 15 tahun mengatakan bukan itu masalahnya.
Menurut profesor psikologi sekaligus ahli saraf di Universitas Georgetown, Abigail Marsh, mengatakan bahwa akar perilaku psikopat seringkali terjadi pada perkembangan otak.
"Kami tahu bahwa keparahan ciri-ciri ini terkait dengan kelainan otak yang khas, yang tampaknya dimulai sejak dini dan kemudian berkembang," jeas Marsh, dilansir Insider.
Marsh menjelaskan bahwa psikopat memiliki spektrum dari ringan hingga parah. Beberapa psikopat memiliki karakteristik seperti manipulatif, selalu mengambil risiko, dan mengancam, lebih parah dari yang lain.
Meski begitu, Marsh mengatakan mereka memiliki empat karakteristik seperti tidak berbelaskasihan, ketidakmampuan untuk mencintai, dan ketidakpekaan terhadap kemungkinan bahaya.
Psikopat tidak memiliki belas kasihan atau penyesalan terhadap orang lain
"Pertama, orang-orang di spektrum psikopati mengalami kesulitan merasa kasihan," jelas Marsh.
Ketika seseorang yang dekat dengan psikopat merasa sedih atau takut, orang yang psikopat tidak dapat memahami emosinya, karena itu adalah sesuatu yang tidak mereka rasakan sendiri.
Orang yang punya psikopati hanya merasa sedikit atau tidak ada penyesalan ketika mereka menyakiti orang lain secara mental, emosional, atau fisik.
Baca Juga: Wanita Ini Prank Bocil di Jalan, Pas Dijawab Auto Kena Mental: Parah
Psikopat tidak memiliki cinta
"Orang dengan psikopati juga mengalami kesulitan merasakan atau memahami cinta. Mereka tidak mengalami ikatan yang dekat dan penuh kasih dengan orang lain," sambungnya.
Sebaliknya, orang dengan psikopati dapat menganggap orang yang dicintai sebagai 'rekan' yang dapat membantu mereka, tetapi tetap berkedudukan di bawah mereka.
Psikopat tidak takut terluka secara fisik atau emosional
"Terakhir, penderita psikopati kesulitan memahami emosi ketakutan. Mereka benar-benar tidak peka terhadap kemungkinan bahaya di masa yang akan datang," imbuhnya.
Marsh menambahkan bahwa ancaman cedera, masuk penjara, atau ketidaksetujuan tidak akan menghentikan seorang psikopat untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra