Suara.com - Sejak Covid-19 terjadi di seluruh dunia, beberapa gejala telah dialami oleh setiap orang. Pada umumnya mengalami demam, batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, kepala, hingga kehilangan indera penciuman (anosmia_.
Kehilangan indera penciuman menjadi salah satu gejala yang dialami oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh penulis studi Dr. Rashmi Tarachandani.
“Hilangnya indera pendiuman atau anosmia bisa menjadi kondisi sementara atau permanen. Tapi, dalam banyak kasus, hilangnya penciuman bisa hanya beberapa hari atau minggu,” ungkapnya melansir Healthshots.
“Anosmia terjadi ketika selaput lendir di hidup Anda mengalami iritasi atau terhalang,” lanjut Dr. Rashmi.
Studi mengenai anosmia ini, telah diterbitkan lewat American Family Physician. Dalam temuannya, 95 persen orang mengalami kehilangan rasa, yang disebabkan oleh hilangnya penciuman.
Selain itu, gejala anosmia tidak hanya terjadi pada fisik, tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan mental. Mulai dari kecemasan hingga depresi.
Seorang Terapis dan Konsultan Kesehatan Mental Preeta Ganguli, hilangnya indera penciuman dan perasa dapat memengaruhi kualitas hidup individu secara keseluruhan.
“Meski tidak ada orang lain di sekitar Anda yang mengetahui kehilangan indera perasa, justru gejala ini sangat tidak nyaman bagi Anda. Dan ini dapat menyebabkan isolasi dari orang-orang,” ungkap Preeta.
“Pada beberapa orang, itu juga bisa muncul dalam bentuk gangguan makan, karena mereka tidak lagi menikmati aktivitas makan,” lanjutnya.
Baca Juga: Tabanan Bali Akan Berlakukan PPKM Level 3 Termasuk di Lokasi Wisata
Preeta mengatakan, beberapa dari orang yang mungkin makan lebih sedikit, hal ini disebabkan karena rasa tidak nyaman akibat kehilangan indera penciuman. Dari gejala ini, tentu dampaknya bisa menyebabkan penurunan berat badan.
Di samping itu, beberapa penelitian baru dari University of Cincinnati telah menemukan, mekanisme koping telah membantu pasien Covid-19 dengan indera penciuman, salah satunya yang dilakukan adalah mengonsumsi makanan dengan tekstur yang berbeda.
Pasien yang menghadapi tantangan tersebut, dikatakan bahwa mengonsumsi makanan lain dapat mengatasi indera penciuman. Salah satunya lewat buah stroberi, di mana kemampuan ini dapat dirasakan lewat tekstur buah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis