Suara.com - Kasus Bunuh diri mahasiswa asal Mojokerto, Jawa Timur belum lama ini jadi sorotan. Belakangan terungkap bahwa mahasiswi tersebut diduga depresi setelah menjadi korban pemerkosaan dan pemaksaan aborsi oleh pasangannya, Bripda Randy Bagus (RB).
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap RB, terungkap bahwa mahasiswi tersebut telah dipaksa melakukan aborsi sebanyak dua kali, yakni pada Maret 2020 dan Agustus 2021.
Mahasiswi tersebut diketahui melakukan pengguguran kandungan dengan mengonsumsi postinor pada aborsi pertamanya. Sepert halnya obat-obatan lain, postinor sendiri sebenarya punya efek samping. Terlebih jika dikonsumsi di luar dosis yang dianjurkan.
Dalam postinor sendiri terdapat kandungan levonorgestrel. Dilansir dari WEB MD, obat ini adalah kontrasepsi darurat dan tidak boleh digunakan sebagai bentuk kontrasepsi biasa.
Ini adalah hormon progestin yang bekerja terutama dengan mencegah pelepasan sel telur (ovulasi) selama siklus menstruasi. Postinor juga membuat cairan vagina lebih kental untuk membantu mencegah sperma mencapai sel telur (pembuahan) dan mengubah lapisan rahim (rahim) untuk mencegah perlekatan sel telur yang telah dibuahi.
Obat ini sebenarnya dianjurkan paling baik bila diminum dalam 72 jam (3 hari) setelah berhubungan seks tanpa kondom.
Mual atau muntah, nyeri perut, kelelahan, pusing, perubahan perdarahan vagina, nyeri payudara, atau sakit kepala dapat terjadi setelah mengonsumsi obat ini. Jika salah satu dari efek ini bertahan atau memburuk, beri tahu dokter atau apoteker segera.
Jika dokter telah mengarahkan untuk menggunakan obat ini, ingatlah bahwa dokter telah menilai bahwa manfaatnya bagi lebih besar daripada risiko efek sampingnya. Banyak orang yang menggunakan obat ini tidak memiliki efek samping yang serius.
Beri tahu dokter Anda segera jika Anda memiliki efek samping yang serius, termasuk: sakit perut bagian bawah yang parah (terutama 3 hingga 5 minggu setelah mengonsumsi levonorgestrel).
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Pemicu Efek Samping Pembekuan Darah Setelah Vaksinasi
Reaksi alergi yang sangat serius terhadap obat ini jarang terjadi. Namun, segera cari bantuan medis jika melihat gejala reaksi alergi yang serius, termasuk: ruam, gatal/bengkak (terutama pada wajah/lidah/tenggorokan), pusing parah, kesulitan bernapas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis