Suara.com - Ada beragam jenis pengobatan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit kanker. Mulai dari operasi pembedahan, kemoterapi, terapi target, imunoterapi, ataupun lainnya.
Namun demikian, pembedahan dinilai jadi terapi utama karena sel kanker langsung diangkat dari dalam tubuh.
"Pembedahan sebetulnya terapi utama. Tidak ada yang lebih baik untuk menyelesaikan dari terapi bedah. Kalau sel kanker sudah diambil, kita sudah bisa lebih tenang," kata Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. dr. Aru Sudoyo, Sp.PD., dalam webinar Medistra Hospital, Sabtu (11/12/2021).
Ia menjelaskan bahwa secara umum pengobatan kanker terbagi menjadi dua. Yakni, terapi lokal dengan pembedahan dan radioterapi. Juga terapi sistemik artinya obat dimasukkan langsung ke dalam tubuh, baik melalui vena maupun secara oral atau ditelan.
Selain itu, obat yang beredar dalam tubuh, seperti kemoterapi. Kemudian terapi target yang langsung menyasar sel kanker, juga terapi imunoterapi.
Berbagai jenis pengobatan yang dilakukan harus mempertimbangkan kondisi pasien dan juga karakteristik sel kanker. Khusus pada kasus kanker usus besar, Prof. Aru mengatakan bahwa terapi pembedahan sangat berperan penting dalam pengobatan, meski tingkat stadium pasien telah lanjut.
"Kalau pun sudah stadium 3, itu 60 persen masalah sudah diambil melalui pembedahan, 20 persen dapat diatasi dengan kemoterapi. Kemudian 20 persen tidak akan mendapat kemoterapi dengan satu dan lain alasan karena resisten tubuhnya tidak mentolerir," jelasnya.
Namun, tingkat stadium yang lanjut memang sangat mempengaruhi hasil pengobatan kanker. Terlebih apabila pasien sudah mencapai stadium 4, yang artinya sel kanker sudah menyebar ke organ lain. Prof Aru menyampaikan, kalau angka harapan hidup juga akan lebih kecil.
"Pada kanker usus, pembedahan tetap berperan. Karena kalau bisa kita upayakan, supaya tumornya diambil ini menjadi upaya kita dalam menanggulangi kejadian lanjut," pungkasnya.
Baca Juga: 5 Manfaat Goji Berry untuk Kesehatan, Mampu Tingkatkan Kualitas Tidur
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional