Suara.com - Setelah fase awal pandemi virus corona Covid-19, beberapa pasien mengalami masalah dengan suara mereka.
Masalah suara akibat virus corona Covid-19 ini termasuk suara serak, kualitas suara yang butuk, dan kelelahan vokal yang berdampak pada kualitas hidup seseorang.
"Jika pasien merasa kelelahan setelah menggunakan suaranya akibat virus corona Covid-19, mereka mungkin cenderung tidak ingin terlalu sering berkomunikasi," kata Catherine Crowley, PhD., CCC-SLP, Ketua Ilmu Komunikasi dan Gangguan Sekolah Profesi Kesehatan dan Keperawatan di LIU Post di Brookville, New York dikutip dari Fox News.
Selain itu, mereka mungkin menarik diri dari aktivitas sosial, karena selalu merasa leleah ketika berbicara dan tidak lagi menyenangkan. Tetapi, mereka mungkin masih bisa melakukan aktivitas rutin lainnya yang tidak melibatkan suara atau berbicara.
Crowley juga mengatakan bahwa beberapa pasien datang dengan keluhan kelelahan dan kesulitan berbicara (dysphonia) setelah terinfeksi virus corona Covid-19.
Menurut pakar kesehatan, gejala kelelahan dan kesulitan bicara ini termasuk suara pasien yang serak, tegang atau terengah-engah.
Beberapa pasien virus corona mungkin juga mengeluhkan ketidaknyamanan ketika bicara dan kehilangan nada atau suara mereka pecah.
Crowley juga mengomentari laporan yang diterbitkan baru-baru ini di Journal of Voice, di mana sekelompok peneliti Italia mengamati 160 orang yang terinfeksi virus corona.
Para peneliti menemukan bahwa hampir 44 persen pasien mengalami disfonia ringan hingga sedang setelah terinfeksi virus corona, meskipun tidak menjalani rawat inap.
Baca Juga: Viral Paduan Suara Sindir Wisuda Sarjana: Lulus Kuliah Tak Punya Kerja
Studi ini juga menemukan bahwa hampir 27 persen dari orang-orang tersebut melaporkan kelelahan berbicara.
"Apalagi pasien ini tidak membutuhkan intubasi ketika terinfeksi virus corona. Artinya, risiko disfonia mungkin lebih tinggi bila pasien membutuhkan intubasi karena berkaitan dengan lamanya perawatan itu dan tingkat keparahannya," katanya.
Menurut Crowley, pasien virus corona Covid-19 yang diintubasi berisiko tinggi mengalami disfonia, karena alat medis ini bisa mempengaruhi pita suara.
"Intubasi endotrakeal dapat mengakibatkan penutupan pita suara yang terganggu. Pada gilirannya, hal ini bisa menyebabkan disfonia," kata Crowley.
Intubasi berkepanjangan juga bisa menyebabkan gangguan menelan yang disebut disfagia, yaknis alah satu faktor risiko infeksi virus corona Covid-19.
Crowley juga memperingatkan bahwa kelelahan berbicara dapat terjadi pada orang yang pulih dari infeksi virus corona tanpa intubasi.
Kondisi ini mungkin terjadi karena status pernapasan yang terganggu, kelelahan secara keseluruhan, dan masalah medis mendasar lainnya setelah terinfeksi virus corona.
"Perubahan suara dapat terjadi pada pasien virus corona, yang meliputi peradangan kotak suara dari virus dan batuk, cedera virus pada saraf vagus (saraf yang mengontrol kotak suara) dan ventilator dengan tabung pernapasan pun berpotensi merusak pita suara atau trakeotomi (jalan napas bedah)," kata Ashutosh Kacker, profesor otolaringologi klinis dan bedah kepala dan leher di Weill Cornell Medicine.
Ashutosh Kacker berharap masalah pada suara setelah terinfeksi virus corona akan berkurang seiring para ahli mempelajari virus corona Covid-19 tersebut.
"Masalah suasa yang lebih serius sering terjadi selama gelombang awal virus corona, tetapi sekarang kurang umum," katanya.
Spesialis THT mengatakan bahwa radang tenggorokan masih merupakan gejala yang lebih umum dan biasanya membaik pada sebagian besar pasien virus corona dalam periode 10-14 hari.
Namun, ahli patologi wicara telah memberikan saran tentang cara merawat pasien dengan kelelahan berbicara dan disfonia setelah terinfeksi virus corona Covid-19.
"Terkadang kondisi ini terkait dengan ketegangan laring yang berlebihan dan mekanisme pernapasan yang buruk," kata Crowley.
Para ahli kesehatan merekomendasikan bahwa siapa pun mengalami masalah suara harus menjalani pemeriksaan THT (telinga, hidung dan tenggorokan) untuk mengevaluasi pita suara mereka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!