Suara.com - Sejauh ini, varian Omicron diketahui hanya menyebabkan gejala ringan mirip pilek, seperti sakit tenggorokan dan sakit kepala.
Berdasarkan aplikasi studi ZOE Covid-19, data dari jutaan orang menunjukkan bahwa sakit tenggorokan termasuk gejala virus corona Covid-19. Meskipun gejala ini belum masuk ke dalam daftar resmi.
Karena sebelumnya, gejala umum virus corona Covid-19 berupa batuk terus-menerus, demam tinggi, kehilangan indera penciuman dan perasa. Sedangkan, sakit tenggorokan tidak termasuk di antaranya.
Tapi sekarang, pembuat aplikasi ZOE meminta sakit tenggorokan masuk dalam daftar gejala virus corona Covid-19, khususnya varian Omicron.
"Saya kira semua orang pasti paham dengan gejala pilek. Jadi, ketika seseorang mengalami gejala pilek, mereka harus mengisolasi diri dan memperhatian perkembangan gejalanya," kata Tim Spector, ilmuwan utama di aplikasi tersebut dikutip dari Express.
Meskipun sakit tenggorokan bukan termasuk gejala umum virus corona Covid-19. Gejala ini cukup umum di antara anak-anak dan orang dewasa hingga usia 65 tahun yang terinfeksi virus corona.
Faktanya, 11 persen orang di aplikasi yang menderita virus corona mengaku mengalami sakit tenggorokan sebagai satu-satunya gejala virus corona.
Tapi, banyak orang mungkin bingung memastikan sakit tenggorokan yang disebabkan oleh varian Omicron dan sakit tenggorokan biasa akibat pilek.
Karena itu, ahli menyarankan Anda untuk isolasi diri sambil memperhatikan perkembangan gejalanya. Sebab, sakit tenggorokan yang disebabkan oleh varian Omicron mungkin disertai beberapa gejala berikut.
Baca Juga: RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Kini Punya Alat Canggih Operasi Jantung
- Pilek
- Sakit kepala
- Kelelahan ringan hingga berat
- Bersin
- Hilangnya nafsu makan
- Kabut otak
Tidak ada banyak perbedaan antara sakit tenggorokan biasa dan sakit tenggorokan akibat virus corona. Banyak pasien virus corona mengakui sakit tenggorokannya mirip dengan sakit tenggorokan ketika pilek atau radang tenggorokan.
Perbedaan utama keduanya adalah lama waktu berlangsungnya sakit tenggorokan. Sakit tenggorokan akibat virus corona relatif ringan dan berlangsung tidak lebih dari lima hari.
Sakit tenggorokan yang sangat menyakitkan yang berlangsung lebih dari lima hari mungkin disebabkan oleh hal lain, seperti infeksi bakteri.
Menurut data ZOE, sakit tenggorokan disertai kehilangan penciuman (anosmia) lebih mungkin disebabkan oleh virus corona dibandingkan pilek biasa.
Pada orang usia 16 tahun, sebagian besar sakit tenggorokan berkaitan dengan kelelahan dan sakit kepala, dan terkadang dengan suara serak dan pusing jika Anda menderita virus corona.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
- 
            
              Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
- 
            
              Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
- 
            
              Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
- 
            
              Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
- 
            
              Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
- 
            
              Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
- 
            
              Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
- 
            
              Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
- 
            
              Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
- 
            
              Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
- 
            
              Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
- 
            
              Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
- 
            
              Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
- 
            
              Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan