Suara.com - Sebuah studi menemukan bahwa mengunyah permen karet tanpa gula bisa menurunkan risiko kelahiran prematur.
Permen karet tanpa gula biasanya mengandung xylitol yang bisa menurunkan tingkat kelahiran prematur di negara Afrika Malawi, di mana wanita memiliki tingkat penyakit gusi yang tinggi.
Menurut Dr. Kjersti Aagard, seorang OB-GYN di Houston's Baylor College of Medicine, The Associated Press, penyakit gusi dikaitkan dengan kelahiran prematur karena peradangan yang ditimbulkannya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan diperkirakan 5 juta bayi lahir prematur setiap tahun. Lahir prematur adalah penyebab utama kematian anak-anak di bawah 5 tahun.
Studi Malawi ini melibatkan lebih dari 10.000 wanita selama enam tahun. Beberapa wanita bergabung selama paruh pertama kehamilan dan lainnya bergabung sebelum hamil.
Studi ini menggunakan delapan pusat kesehatan yang mempromosikan perawatan kesehatan mulut dan pencegahan serta perawatan kelahiran prematur.
Sebagian peserta penelitian diberi permen karet xylitol. Ontario Dental Hygienists' Association mengatakan bahwa xylitol adalah gula alkohol yang terjadi secara alami.
Xylitol ini sering digunakan sebagai pemanis. Selain itu, xylitol ini telaj terbukti mengurangi kerusakan gigi dan penyakit gusi, serta membalikkan kerusakan gigi dari waktu ke waktu.
Makan permen karet yang mengandung xylitol setiap hari selama kehamilan, sekitar 13 persen mengalami kelahiran prematur dan sekitar 9 persen memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah.
Baca Juga: Studi: Satu Tetes Virus Corona ke Hidung Bisa Buat Orang Sehat Jadi Sakit Covid-19
Di antara mereka yang tidak mengunyah permen karet, sekitar 17 persen mengalami kelahiran prematur dan sekitar 13 persen memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah.
"Makan permen karet xylitol sebagai intervensi sebelum 20 minggu kehamilan mengurangi kelahiran prematur dan kelahiran prematur terlambat antara 34 hingga 27 minggu," kata Aagard dikutip dari News Week.
Para ahli mengatakan bayi prematur yang terlambat berisiko mengalami hal-hal seperti masalah pernapasan, kesulitan makan, dan masalah perkembangan.
Hal unik dari penelitian ini adalah kami menggunakan cara yang tersedia, murah, dan enak untuk mengurangi risiko bayi lahir terlalu cepat atau terlalu kecil," kata Aagard.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya