Suara.com - Sembuh dari Covid-19 bukan berarti bebas dari beragam gejala sisa. Beberapa gejala sisa Covid-19 di antaranya sesak napas, kelelahan, dan kabut otak.
Selain gejala umum tersebut, Covid-19 juga bisa meninggalkan gejala sisa lain berupa komplikasi kulit yang sering terjadi, mulai dari ruam, kemerahan, hingga bercak-bercak.
Tentu para ahli mengatakan, masalah komplikasi pada kulit ini tidak boleh diabaikan, sehingga perlu ambil tindakan atau perhatian medis segera.
Melansir dari HealthShots, selain masalah jantung, pembekuan darah, dan masalah pernapasan, banyak penyintas Covid-19 yang menderita herpes sampai artralgia (nyeri sendi).
Kasus herpes dan nyeri sendi meningkat secara signifikan selama gelombang kedua dan ketiga.
Di samping itu, komplikasi kulit pasca-Covid lebih mungkin terjadi pada perempuan, di antaranya pada usia lanjut sampai perempuan hamil.
"Herpes dan komplikasi kulit lainnya dipicu pada pasien yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya. Jadi jangan abaikan tanda-tanda seperti ruam, kemerahan pada kulit, dan bercak-bercak. Segera cari bantuan medis," ungkap Ahli Bedah Ortopedi, Apollo Spectra Spune, dr. Vishwajeet Chavan.
"Pengobatan dengan antibodi alfa anti-TNF monoklonal dapat menyebabkan herpes. Sejak awal pandemi banyak orang yang melaporkan penyakit herpes, nyeri sendi, bahkan kutil," ungkap dr. Chavan lebih lanjut.
Ia menegaskan, masalah komplikasi ini lebih terjadi pada perempuan dibanding dengan pria.
Beberapa dari perempuan mengalami keluhan seperti ruam kulit, kemerahan, herpes zoster di sekitar mata, hidung, dan bibir.
Baca Juga: Berkurang Ratusan Orang, RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kini Rawat 3.758 Pasien Positif Covid-19
Pada saat memasuki fase pasca-Covid sangat perlu waspada dan hati-hati. Sebab Covid-19 memiliki efek samping jangka panjang, yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan sesak napas.
Hal itu telah disampaikan oleh Spesialis Perawatan Kritis dari Porvoo Transition Care Dr. Taymeena Kachot.
"Tingkat keparahan dan lamanya gejala ini bervariasi dari orang ke orang, walau beberapa lebih cenderung bertahan jauh ke fase pemulihan."
"Meskipun tidak nyaman atau menjengkelkan, kebanyakan orang tidak menganggap gejala ini terlalu dikhawatirkan. Karena itu, tetap harus mendapatkan vaksinasi atau booster, memakai masker, dan jaga jarak," ungkap Dr. Taymeena.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar