Suara.com - Kanker tak hanya menggerogoti fisik, tetapi juga mental seseorang. Pengalaman fisik, emosi, dan kognitif yang dialami pasien kanker - khususnya pasien kanker anak - bisa menyebabkan kelelahan berat atau fatigue, dan menyebabkan stres.
Namun, kelelahan berat ini sebenarnya bisa dikurangi, salah satunya meminta pasien melakukan aktivitas fisik, baik di rumah sakit maupun saat berada di rumah.
Mengutip dari Antara, menurut Pengurus Pusat Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) Dr. Allenidekania, S.Kp, M.Sc, aktivitas fisik dapat menurunkan fatigue, inflamasi, meningkatkan kekuatan dan massa otot, serta meningkatkan kemampuan fungsi dan kesehatan mental. Bentuk aktivitas yang disarankan beragam seperti olahraga ringan, senam, yoga, perawatan diri, bersepeda, berenang atau hobi lain.
Yoga membantu menurunkan kecemasan dan kelelahan. Meditasi sebagai salah satu karakteristik yoga berupa gerakan yang lembut dan tenang, ternyata bisa mengurangi kelelahan. Selain itu, olahraga aerobik juga dapat meningkatkan kebugaran fisik dan menurunkan kelelahan.
"Bergerak meningkatkan peredaran darah. Riset mahasiswa di Universitas Indonesia, anak yang lebih aktif cenderung tidak fatigue dan korelasinya cukup tinggi," kata Allenidekania yang juga menjadi pengajar di Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia itu dalam sebuah webinar kesehatan, Sabtu (19/2/2022).
Fatigue umumnya tak terlihat secara fisik, tetapi dapat diamati dari aktivitas, kemampuan mental, motivasi, dan gairah hidup pasien. Anak-anak yang mengalami fatigue ketika ditanya biasanya menjawab, "Tidak dapat melakukan seperti dulu lagi", "Saya merasa beda", "Tidak mampu melakukan aktivitas rutin", "Butuh banyak istirahat atau tidur", atau "Merasa sedih, merasa bersalah".
Pada anak yang sudah dalam kondisi fatigue moderate, untuk melakukan pekerjaan ringan saja sudah mengeluarkan banyak keringat dan membutuhkan oksigen yang besar, dan terengah-engah. Sementara pada anak yang sudah merasa sangat lemah, biasanya akan lebih banyak berbaring, tidak pindah-pindah, atau cenderung melakukan aktivitas sedentari.
Riset menunjukkan, prevalensi fatigue pada anak dengan kanker rerata di atas 40 persen. Sebuah studi menunjukkan anak-anak dan remaja di Amerika dengan kanker 45 persennya mengalami masalah tidur, 50-70 persen mengalami fatigue. Sementara di Indonesia, sekitar 44,2-85 persen anak dilaporkan terkena kondisi fatigue.
Penyebab fatigue pada pasien kanker anak adalah multifaktor, antara lain akibat penyakit kanker itu sendiri, terapi anti-kanker seperti kemoterapi, radioterapi, pembedahan, penyakit komorbid termasuk obesitas, dan kondisi psikologis anak.
Baca Juga: Bisakah Anak dengan Kanker Bermain Hingga Bersekolah Selaiknya Siswa Pada Umumnya?
Pasien yang mendapatkan perawatan terapi lebih dari tiga hari dilaporkan mengalami fatigue empat kali lipat. Hal ini karena efek kemoterapi sangat masif.
Teori meyakini fatigue bisa terjadi sebelum terapi. Ini menjadi reaksi inflamasi dari pertumbuhan sel kanker sehingga terbentuk sitokin sebagai respon inflamasi yang ditandai peningkatan IL-6 dan TNF-apha.
Namun, fatigue juga bisa terjadi selama terapi, terlihat dari efek kemoterapi, radioterapi yang meningkatkan produksi sitokin sebagai respons kerusakan jaringan dari kemoterapi dan radioterapi.
Dan menurut Allenidekania, fatigue bisa menjadi prediktor rendahnya angka survival pada pasien kanker, yang ditandai dengan cepatnya pasien masuk ke kondisi paliatif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?