Suara.com - Penelitian baru di Amerika Serikat menemukan hubungan antara kejadian Long Covid pada penyintas Covid-19 dengan masalah kesehatan mental.
Para ilmuwan telah menganggap bahwa masalah kesehatan mental memang menjadi gejala umum dari Long Covid. Tetapi, temuan dari penelitian baru ini telah menemukan hubungan langsung antara depresi dengan infeksi virus corona.
Departemen Urusan Veteran AS menerbitkan temuannya itu di British Medical Journal. Ditemukan orang yang dites positif Covid-19 ternyata 60 persen lebih mungkin untuk mengalami gangguan kesehatan mental.
Data dikumpulkan dari 153.848 orang yang telah tertular virus, dibandingkan dengan orang yang tidak tertular.
Studi itu juga menarik data dari kelompok kontrol orang-orang dari sebelum pandemi dengan masing-masing kelompok yang dilacak selama 12 bulan.
Para ilmuwan menemukan bahwa selama 12 bulan, orang yang positif Covid-19 lebih mungkin mengembangkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, serta kesulitan tidur dan penyalahgunaan zat.
Tidak hanya masalah kesehatan mental, tetapi juga kemungkinan orang membutuhkan obat untuk mendukung kesehatan mental mereka setelah satu tahun sembuh dari infeksi.
Studi itu menemukan bahwa pasien positif Covid-19 memiliki tingkat kecemasan 35 persen lebih tinggi dan tingkat depresi 39 persen lebih tinggi. Selain itu, kondisi lain juga terlihat, meskipun dalam jumlah kecil.
Kelompok penyintas Covid-19 ditemukan memiliki 2,4 persen lebih besar kemungkinan alami kesulitan tidur dan 0,4 persen menunjukkan masalah penyalahgunaan zat.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Covid-19 Dapat Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental pada Lansia
The Huffington Post melaporkan bahwa hasilnya lebih kuat ditemukan pada orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
“Banyak orang menghadapi perjuangan berat untuk membangun kembali kehidupan mereka. Perawatan sangat penting, tetapi kenyataan bahwa kebanyakan orang yang mengalami masalah kesehatan mental setelah infeksi justru tidak mencari bantuan," kata presiden Royal College of Psychiatrists Dr Adrian James, dikutip dari Mirror.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
Terkini
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan