Suara.com - Baru-baru ini, seorang ahli menunjukkan dampak jangka panjang virus corona Covid-19 bisa jauh lebih besar dari yang diperkirakan semua orang.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, menunjukkan orang dengan infeksi virus corona Covid-19 ringan jauh lebih mungkin mengembangkan kondisi yang berhubungan dengan jantung.
Dr Ziyad-Aly, salah satu penulis utama di balik laporan itu mengatakan bahwa orang dengan virus corona Covid-19 berisiko tinggi mengalami masalah kardiovaskular, termasuk stroke dan TIA, serta irama jantung yang tidak normal.
Risiko masalah jantung dan gagal jantung ini terbukti di semua kelompok tanpa memandang usia, jenis kelamin, etnis dan terlepas dari mereka memiliki risiko menderita masalah kardiovaskular atau tidak.
Saat sistem kesehatan di seluruh dunia mulai berangsur pulih atau tidak terlalu berat seperti awal pandemi, laporan ini justru mengatakan dampak terbesar virus corona Covid-19 masih belum terjadi dan akan datang nanti.
Dr Aly pun mengatakan pasien dengan penyakit jantung akan membutuhkan perawatan medis. Karena, sebagian besar kondisi ini adalah kondisi kronis yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan perawatan jangka panjang.
Dampak virus corona Covid-19 dalam hal ini akan terasa pada sejumlah besar orang yang membutuhkan perawatan jangka panjang dan perawatan untuk mengelola kondisi jantungnya.
Tak hanya jumlah pasien kardiovaskular yang akan meningkat, virus corona Covid-19 ini juga bisa mempengaruhi otak.
Dr Aly mengatakan virus corona Covid-19 juga meningkatkan jejaknya di otak. Hal ini mengakibatkan peningkatan risiko gangguan kesehatan otak atau mental seperti kecemasan, depresi, PTSD, dan beberapa gangguan penggunaan narkoba di antara orang-orang dengan virus corona Covid-19.
Baca Juga: Deteksi Kanker Usus Besar, Dokter Ungkap Tanda-Tanda yang Harus Diwaspadai
Mereka telah memperingatkan bahwa semakin banyak pasien datang dengan kondisi kesehatan mental seperti gangguan makan, kecemasan, dan depresi. Jadi, layanan kesehatan perlu mempersiapkan hal ini.
"Perlu ada lebih banyak sumber daya yang dimasukkan ke dalam sistem kesehatan setelah pandemi virus corona," kata Dr Aly dikutip dari Express.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat