Suara.com - Ujian adalah hal yang lumrah untuk melewati berbagai tahap dan jadi lebih baik. Tapi bagi beberapa orang, bisa sangat takut terhadap ujian sekolah dan menandakan ia mengalami Testophobia.
Bagi orang dengan testophobia, saat menghadapi ujian mereka bisa mengalami jantung berdebar, mual, kepala mulai pusing, sesak napas, bahkan hingga mengalami pingsan.
Mengutip Ruang Guru, Jumat (5/3/2022) testophobia adalah ketakutan yang terjadi secara terus-menerus pada bentuk ujian atau evaluasi.
Testophobia adalah fobia dengan jenis situasional yang berkaitan dengan pengalaman negatif.
Contohnya itu seperti pengalaman yang buruk, traumatik, ekspektasi yang tidak kunjung terealisasi, atau tuntutan yang berlebih.
Penyebab Testophobia
Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya gejala testophobia. Faktor pertama itu genetika atau turunan dari orangtua, dan faktor kedua yaitu faktor lingkungan sosial.
Lingkungan sosial seperti keluarga, seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan yang ideal, dan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh seorang anak.
Apalagi banyak orang tua, saudara, tetangga, bahkan guru, menaruh harapan yang begitu besar kepada anak ketika anak tersebut sedang mempersiapkan ujian.
Baca Juga: Melihat UPPPG Berbasis Domisili, UN-nya Mahasiswa PPG dalam Jabatan
Lingkungan ini mengharapkan saat pulang ke rumah bisa membawa nilai yang tinggi, ingin memamerkan ranking saat kumpul keluarga, atau bahkan membanding-bandingkan nilai antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Lalu tanpa disadari, pengalaman itu terekam sangat jelas di ingatan anak, dan menjadikannya cemas dan gelisah ketika hendak menghadapi ujian. Alasannya satu, takut mengecewakan orang yang sudah menaruh harapan padanya.
Hasilnya saat mulai berhadapan dengan ujian, yang dialami bukanlah rasa ingin tahu melihat sejauh mana pengetahuan yang dikuasai, tapi hanya berharap hasil ujiannya mendapatkan nilai baik yang sesuai harapan.
Cara Mengatasi Testophobia
Poin utama untuk menyebuhkan testophibia adalah adanya keingianan membuka pikirna dan cara pandang terhadap pendidikan yang ideal.
Selain itu perlu juga kerjasama dengan lingkungan sekitar, seperti orang tua, lingkungan sosial, dan pihak sekolah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!