Suara.com - Jika sebelumnya hanya dugaan semata, kini penelitian besar di Inggris buktikan Covid-19 sebabkan otak menyusut dan rusak.
Penyusutan dan kerusakan otak ini terjadi khususnya pada area yang memproses penciuman dan ingatan. Bagian ini terkenal sebagai materi abu-abu otak.
Penyusutan dan kerusakan otak ini terjadi pada pasien Covid-19 yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan juga terjadi pada orang yang terinfeksi tapi tidak terlalu parah.
Mengutip Live Science, Selasa (8/3/2022) penelitian yang melibatkan 785 orang berusia antara 51 hingga 81 tahun ini, diterbitkan pada 7 Maret 2022 di jurnal Nature.
Sebanyak 785 orang ini menyumbangkan data hasil pemindaian otaknya ke UK Biobank, gudang data pemindaian otak lebih dari 45.000 penduduk Inggris.
Dari total peserta ini, 401 orang diantaranya terinfeksi Covid-19, selama periode Maret 2020 hingga April 2021. Dari jumlah yang terinfeksi itu, 15 orang atau sekitar 4 persen dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Sedangkan sisanya 384 peserta yang tidak tertular Covid-19, dijadikan sebagai pembanding, karea usianya berkaitan dengan penyusutan otak alami, yang sangat umum terjadi pada orang tua.
Peneliti membandingkan sebelum dan setelah orang tersebut terinfeksi Covid-19. Pada kelompok orang yang terinfeksi, rerata peserta yang tertular Covid-19 mengalami penyusutan dan kerusakan otak yang berbeda, dibanding perubahan otak normal yang dialami karena faktor usia tua.
Kelompok yang terinfeksi Covid-19, menunjukan ia kehilangan jaringan yang lebih besar di area korteks serebral, yakni permukaan luar otak yang berkerut.
Baca Juga: Bertambah 205, Total Warga di Jakarta Barat Terpapar Covid-19 Tembus 3.770 Orang
Bagian ini disebut juga korteks orbitofrontal, yang berada tepat di atas rongga mata, berfungsi menerima sinyal terkait sensasi, emosi dan memori untu mengambil keputusan.
Ada juga orang yang terinfeksi mengalami perubahan gyrus parahippocampal, yaitu bagian yang mengelilingi hippocampus, yang berbentuk seperti kuda laut di tengah otak, dan sangat penting untuk mengelola kode ingatan baru.
Tidak hanya itu, bahkan orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami pengurangan ukuran otak secara keseluruhan dibanding kelompok kontrol.
Peneliti juga menemukan, orang yang terinfeksi Covid-19 alami kerusakan di area otak yang terhubung ke korteks penciuman primer, bagian otak berbentuk bulat yang menerima informasi sensorik dari neuron atau pendeteksi aroma di hidung.
Berita Terkait
-
Pemerintah Diminta Tuntaskan Transisi Pandemi ke Endemi, Jangan Asal Ikut Longgarkan Kebijakan seperti Luar Negeri
-
BREAKING! Pemerintah Resmi Hapus Syarat Tes Covid-19 Bagi Perjalanan Domestik, Termasuk untuk Anak-anak
-
Studi: Pasien Covid-19 Tetap Bisa Menulari Selama 6 hingga 8 Hari Setelah Muncul Gejala
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Masih Ada Harapan! Begini Skenario Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Meski Kalah dari Arab Saudi
-
Harga Emas Hari Ini: Antam di Pegadaian Rp 2,4 Juta per Gram, UBS dan Galeri 24 Juga Naik!
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
Terkini
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban