Suara.com - Awkarin, alias Karin Novilda, menyebut media sosial sebagai platform yang sangat toxic. Sebab, banyak orang menggunakan jejaring sosial sebagai 'ajang pamer', alih-alih menunjukkan hal positif yang sebenarnya.
"Menurut gue, media sosial itu toxic banget, untuk hal-hal yang sebenarnya tujuannya bukan memberi vibrasi positif. Istilahnya mungkin ada yang sekedar pamer atau mungkin ada tujuan tertentu terhadap individual tertentu," tulis Awkarin yang diunggah ulang oleh akun Instagram @insta.nyinyir.
Memang, peningkatan penggunaan media sosial selama 10 tahun terakhir menyebabkan lonjakan besar dalam jumlah waktu yang dihabiskan orang untuk online.
Ini penting karena kaum muda semakin menjalani kehidupan mereka di dunia maya. Selama ini pula, mereka rentan menjadi sasaran intimidasi (cuber bullying), penyebaran rumor, dan melihat hal yang tidak realistis tentang kehidupan orang lain, menurut laman Liberties.
Media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental penggunanya. Berbagai penelitian menunjukkan sering menggunakan media sosial berisiko membuat orang cemas, depresi, dan kesepian.
Bahkan, penggunaan media sosial telah terbukti dapat meningkatkan risiko melukai diri sendiri dan bunuh diri.
Tanda media sosial telah memengaruhi kesehatan mental
Menurut laman Help Guide, media sosial menjadi masalah jika membuat seseorang mengabaikan hubungan tatap muka, mengalihkan perhatian dari pekerjaan atau sekolah, atau membuat rasa iri, marah, hingga tertekan.
Indikator media sosial telah memengaruhi kesehatan mental yakni:
Baca Juga: Sebut Media Sosial Dipenuhi Toxic, Awkarin Malah Diserang: Ngomongin Diri Sendiri ya?
- Menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada dengan teman-teman dunia nyata.
- Membandingkan diri sendiri secara tidak baik dengan orang lain di media sosial.
- Mengalami cyberbullying.
- Kehidupan sekolah atau pekerjaan terganggu.
- Tidak punya waktu untuk refleksi diri.
- Terlibat dalam perilaku berisiko untuk mendapatkan 'like' atau reaksi positif di media sosial.
- Pola tidur bermasalah.
- Memburuknya gejala kecemasan atau depresi.
Semua dampak negatif tersebut dapat dicegah maupun dihilangkan dengan mengubah gaya hidup dan mengurangi waktu penggunaan media sosial.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
Terkini
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!