Suara.com - Dalam event global Health Working Group atau HWG G20, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya standar protokol kesehatan internasional yang sama di setiap negara untuk penanganan Covid-19.
Menkes Budi Gunadi mengatakan hal ini penting dilakukan, karena ketidakpastian protokol kesehatan yang berbeda-beda di setiap negara, jadi salah satu beban terbesar bagi banyak pihak.
Termasuk saat protokol kesehatan yang terus berubah dan dinamis memakan biaya, memperumit, hingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi pelaku perjalanan internasional maupun petugas kesehatan yang melakukan pengawasan.
Sehingga ia berharap adanya standar baku seperti keharusan tes PCR, sertifikat vaksin maupun pengakuan aplikasi digital kesehatan yang dimiliki setiap negara.
“Karenanya kita perlu menyelaraskan standar protokol kesehatan global untuk memungkinkan perjalanan internasional yang aman dan membantu kesejahteraan ekonomi dan sosial pulih untuk selamanya,” kata Menkes Budi saat membuka pertemuan HWG 1 di Yogyakarta, melalui keterangan yang diterima suara.com, Selasa (29/3/2022).
Adapun penerapan prokes sudah jadi komitmen setiap negara anggota G20, sebagaimana rekomendasi yang diberikan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Apalagi saat ini, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan diskusi bilateral dengan berbagai negara yang memiliki aplikasi digital kesehatan yakni Saudi Arabia, ASEAN dan European Union (EU).
Dari hasil diskusi, disepakati bahwa metode yang akan digunakan untuk penerapan protokol kesehatan adalah QR Code yang sesuai dengan standar WHO. Penggunaan QR Code ini dinilai bisa menyimpan informasi dengan aman dan response yang lebih cepat.
“Kita ingin mendorong bahwa standarisasi protokol kesehatan global itu sederhana, simpel dan standarnya sama di seluruh dunia. Dengan adanya teknologi digital yang baru, kita benar-benar ingin memanfaatkan teknologi yang ada,” kata Menkes.
Baca Juga: Gibran Bocorkan Hidangan Jamuan untuk Delegasi G20 di Solo, Ternyata Makanan Khas Pura Mangkunegaran
Ia juga berharap di tahap pertama, kebijakan ini akan diberlakukan bagi negara anggota G20.
Selanjutnya bertahap bisa diimplementasikan ke negara lainnya. Lewat penyelarasan ini, mempermudah perjalanan antar negara saat pandemi maupun pasca pandemi semakin Covid-19.
“G20 adalah 20 negara yang ekonominya paling besar dan dampaknya juga paling besar, kira-kira pergerakan masyarakatnya juga paling besar. Dengan kita mulai dari G20, nanti akan memudahkan adopsi protokol kesehatan ini ke negara lainnya,” tutur Menkes Budi
Meski begitu, ia juga masih tetap berharap akan ada fleksibilitas persyaratan bagi setiap negara, untuk dapat kebebasan menerapkan aturan prokes di negaranya masing-masing, dengan catatan prosedurnya harus jelas dan terbuka, atau bisa diakses seluruh dunia.
“Apabila ada negara yang menerapkan prokesnya masing-masing tetap diperbolehkan, tapi setidaknya jika travel dibuka prosesnya akan sama. Prinsipnya harmonisasi kita sangat menghargai kedaulatan masing-masing negara, kita tidak bisa intervensi,” tutup Menkes Budi.
Berita Terkait
-
Menkes Budi Tegaskan Peran Kemenkes Awasi Keamanan Program Makan Bergizi Gratis
-
Respons Krisis MBG, Menkes 'Potong Birokrasi', Gandeng Mendagri untuk Fast-Track Sertifikat Higienis
-
Akhirnya Terungkap! Menkes Budi Gunadi Beberkan 3 Penyebab Utama di Balik Krisis Keracunan MBG
-
Alarm Kemanusiaan: 20 Anak di Sumenep Meninggal Akibat Campak, Menkes Turun Tangan
-
Waspada! Menkes Sebut Campak 18 Kali Lebih Menular dari COVID-19, KLB Mengancam Sejumlah Wilayah
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?