Suara.com - Infeksi jamur merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada tubuh manusia. Dalam banyak kasus, infeksi jamur tumbuh di vagina perempuan, yang menyebabkan gejala vagina terbakar, gatal, dan keluarnya cairan.
Meski penyakit ini umum terjadi, infeksi jamur dapat diobati dengan mudah dengan menggunakan krim antijamur.
Untuk tahu lebih lanjut, ada enam penyebab infeksi jamur yang dilansir dari Insider. Ini dia!
Diabetes Yang Tidak Terkontrol
Karena disebabkan lonjakan gula darah, ini dapat menyebabkan tumbuhnya ragi. Menurut Ahli Urologi dari Center for Specialized Women’s Health, Michael Ingber, kadar gula darah yang tidak dikontrol dapat berdampak bagi urin, serta mengganggu keseimbangan candida di vagina.
Sistem Kekebalan Tubuh Yang Lemah
Sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat memicu berbagai macam penyakit, termasuk pertumbuhan jamur yang berlebihan di vagina. Pertumbuhan jamur ini juga disebabkan karena penyakit lain, antara lain penggunaan obat seperti antibiotik dan steroid, perawatan kanker, hingga HIV/AIDS.
Kebersihan Yang Tidak Memadai
Praktik kebersihan yang tidak konsisten seperti tidak mandi dan membersihkan area vagina dengan teratur, dapat menyebabkan infeksi jamur yang berulang. Bahkan, ragi dapat tumbuh subur dalam kondisi yang lembab. Biasanya, ini terjadi karena penggunaan pakaian yang ketat, sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi jamur.
Baca Juga: Benarkah Bintik Putih pada Kuku Menandakan Ada yang Rindu? Ini Fakta Sebenarnya
Faktor Kehamilan
Perubahan hormonal bagi perempuan hamil dapat mengganggu keseimbangan alami estrogen dan progesterone. Karena mengganggu keseimbangan, ini dapat memengaruhi pertumbuhan jamur candida.
Selain itu, perempuan hamil juga memiliki jumlah gula yang tinggi dalam cairan vagina mereka, di mana ini dapat memicu terjadinya pertumbuhan jamur.
Memiliki Jenis Infeksi Yang Berbeda
Jika seseorang mengalami infeksi jamur berulang, kemungkinan memiliki jenis infeksi yang berbeda, salah satunya vaginosis bakteri. Infeksi ini disebabkan karena pertumbuhan berlebih dari mikroba tertentu di vagina, yang menyebabkan peradangan, gatal, terbakar, dan keluarnya cairan.
Mengenai infeksi vaginosis bakteri, beberapa gejalanya meliputi vagina terbakar dan gatal, bau vagina yang tidak menyenangkan, hingga peningkatan keputihan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar