Suara.com - Meski puasa memberi manfaat untuk kesehatan fisik, beberapa pasien penyakit tertentu memerlukan perhatian khusus ketika mereka ingin melaksanakan ibadah ini. Salah satunya pasien penyakit jantung, khususnya gagal jantung.
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Universitas Indonesia, dr. Bonita Effendi, Sp.PD, B.MedSci, M.Epid., alasan pasien dengan kondisi gagal jantung ini perlu mendapat perhatian saat puasa adalah karena dia wajib tetap minum obat dan mengontrol volume cairan dalam tubuh.
Pasien gagal jantung perlu pembatasan cairan, yaitu hanya 70-80% dari kebutuhan cairan orang sehat per hari.
"Sebaiknya berkonsultasi dan melakukan pengecekan kondisi jantung terlebih dahulu, apakah kondisi jantung sudah terkontrol dengan baik atau belum," kata dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah itu, seperti dikutip dari Antara.
Jadi, sangat penting bagi pasien untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum memulai puasa dengan berkonsultasi pada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang merawatnya.
"Selain itu, mereka disarankan tetap melakukan kontrol pengobatan untuk masalah penyakit jantung," katanya.
Penyakit jantung sendiri sangat beragam, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung karena gangguan irama jantung, kelainan katup jantung, kelainan jantung bawaan, ataupun gagal jantung.
Pada penyakit jantung koroner, umumnya berkaitan dengan dislipidemia (gangguan kolesterol) yang disebabkan karena peningkatan kolesterol jahat (LDL - Low Density Lipoprotein).
Menurut dr. Bonita, pada pasien ini, perlu dilakukan penerapan pola jenis makanan yang tinggi serat, tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak atau kolesterol, serta tetap mengatur waktu untuk tetap berolahraga.
Baca Juga: Hati-Hati, 4 Kondisi Kesehatan Ini Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
Secara umum, menurut dr. Bonita, puasa bermanfaat bagi kesehatan jantung, antara lain dapat menurunkan asupan kalori termasuk jenis makanan berlemak yang tinggi kolesterol/LDL ataupun makanan yang memicu peningkatan trigliserida.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
Terkini
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?