Suara.com - Rasa lapar biasanya muncul di tengah-tengah waktu berbuka. Kemunculan rasa lapar setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung dari sistem pencernaan juga makanan yang dikonsumsi.
Meski kemunculan rasa lapar saat berpuasa termasuk wajar, tapi masih bisa diminimalisir, lho. Ahli gizi Kalbe Nutritionals Putri Septiani mengatakan, tidak melewatkan makan malam setelah berbuka puasa dan waktu sahur sangat berpengaruh dalam mengontrol rasa lapar.
Selain itu, makanan yang dikomsumsi juga harus dipastikan kandungan gizi seimbang.
"Untuk pemilihan makanannya, dengan perbanyak konsumsi makanan yang berserat tinggi seperti sayur dan buah agar kenyang lebih lama," kata Putri dalam Kulwap bersama Kalbe, Kamis (14/4/2022).
Kebutuhan serat harian selama berpuasa bagi orang dewasa jumlahnya sama saja seperti hari biasa, lanjut Putri. Yaitu, sekitar 30gr per hari. Untuk mencukupi kebutuhan serat harian juga dapat menerapkan komposisi isi piring sekali makan yang sesuai dengan gizi seimbang, yaitu setengah bagian piring berisi sayuran dan buah setiap kali makan.
"Juga perlu menjaga asupan gizi seimbang yang terdiri dari makronutrien, di antaranya protein, lemak, karbohidrat dan serat. Juga mikronutrien berupa vitamin dan mineral. Serta cairan," papar Putri.
Saat berbuka puasa, Putri mengingatkan agar jangan terlalu banyak konsumsi makanan juga minuman manis.
"Makanan atau minuman manis memang penting dikonsumsi saat berbuka untuk menormalkan gula darah. Hanya saja, harus memperhatikan porsi makanan atau minuman manis yang dikonsumsi. Apalagi jika rasa manis tersebut terbuat dari gula," ujarnya.
Ia membagikan komposisi makanan yang sesuai anjuran Kementerian Kesehatan untuk bisa mendapatkan nutrisi gizi seimbang.
Baca Juga: Ini 3 Alasan Kurma Dijadikan Makanan Pembuka Saat Puasa, Kaya Gizi!
1. Karbohidrat 45-65 persen dari total kalori
Pilih sumber karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah dan kompleks. Agar gula darah tidak naik secara tiba-tiba dan makanan lebih lama dicerna, sehingga bisa memberikan rasa kenyang lebih lama. Contoh makanan sumber karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang, roti gandum, jagung, dan umbi.
2. Protein 15-20 persen dari total kalori
Bisa konsumsi protein hewani seperti telur, ikan, daging merah, dan daging ayam. Maupun protein nabati seperti tahu atau tempe. Perhatikan cara memasak, disarankan tidak terlalu sering digoreng agar tidak menambah jumlah kalori akibat lemak dari minyak.
3. Lemak 20 - 25 persen dari total kalori
Usahakan menghindari sumber lemak jenuh dan santan terlalu kental. Gorengan termasuk sumber lemak jenuh yang bisa meningkatkan kadar kolesterol. Sebagai sumber lemak baik bisa konsumsi alpukat juga kuning telur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru