Suara.com - Para ilmuwan sedang memantau dua subtipe dari varian Omicron yang disebut sebagai subvarian BA4 dan BA5, yang sudah muncul di beberapa negara.
Sejauh ini, varian Omicron BA2 sudah menyebar menjadi tipe yang paling umum setelah lonjakan kasus subvarian BA1 atau varian Omicron aslinya.
Dalam beberapa minggu terakhir, para peneliti telah mencatat sejumlah kecil urutan dari dua jenis baru varian Omicron yang disebut BA4 dan BA5.
Kedua subtipe baru varian Omicron ini telah terdeteksi di beberapa negara, termasuk Inggris, Denmark dan Botswana. Tapi, sebagian besar kasusnya telah terdeteksi di Afrika Selatan.
Ahli epidemiologi WHO, Dr. Maria Van Kerkhove dalam laporan PBB mengatakan sampai sekarang ini, kurang dari 200 kasus dari keduanya telah diidentifikasi di seluruh dunia.
"Ada kurang dari 200 urutan yang tersedia sejauh ini dan kami berharap ini berubah. Kami melacak virus ini sangat dekat untuk melihat ada peningkatan dalam deteksi kasus atau tidak, tapi kami belum melihat perubahan epidemiologi atau tingkat keparahannya," kata Dr. Maria dikutip dari News Week.
Subtipe BA4 dan BA5 dari varian Omicron mirip dengan subvarian BA2, kecuali dengan beberapa mutasi yang membedakannya.
Keduanya memiliki mutasi tambahan di daerah lonjakan mereka, bagian dari virus corona yang digunakan untuk menempel pada sel dan menyebabkan penyakit.
Mutasi tambahan ini dikenal sebagai L452R dan F486V, yang dikaitkan dengan karakteristik yang berpotensi membuat virus lebih mampu keluar dari sistem kekebalan.
Baca Juga: WHO Pantau Dua Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Apakah Lebih Menular?
Sebelumnya. mutasi L452R telah ditemukan lebih dulu pada varian Delta. Namun, para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana BA4 dan BA5 akan berperilaku.
Apalagi, keduanya berbeda secara genetik dalam hal lain. Karena itu, kedua diklasifikasikan secara independen satu sama lain.
"Ini adalah garis keturunan baru yang menarik," kata Jeremy Kamil, profesor mikrobiologi dan imunologi di Louisiana State University Health Shreveport.
Jeremy mengatakan keduanya memiliki mutasi yang berpotensi bersaing dengan garis keturunan lainnya.
"Satu yang paling menarik dan memprihatinkan bagi saya adalah mutasi spike F486V. Asam amino ini bisa menghindari banyak antibodi penetralisir luas yang dimilik orang yang dapat melindungi dari beberapa varian virus corona," katanya.
Di sisi lain, Alex Sigal, seorang ahli virologi di Institut Penelitian Kesehatan Afrika dan profesor di Universitas KwaZulu-Natal, mengatakan semua orang tidak perlu mengkhawatirkan perubahan virus corona Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!