Suara.com - Xanax, yang mengandung alprazolam, umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan gangguan panik. Obat penenang ini aman jika digunakan sesuai dengan resep dokter.
Namun, jangan pernah mencampurkannya dengan alkohol karena dapat menyebabkan komplikasi medis serius, seperti risiko kecanduan, overdosis, kesulitan bernapas, hingga kematian.
Apa tujuan mencampurkan Xanax dan alkohol?
Pencampuran Xanax dan alkohol untuk rekreasi biasanya dilakukan untuk:
1. Efek kesenangan
"Menggunakan Xanax dan alkohol secara bersamaan pada awalnya dapat mengurangi gejala kecemasan dan
depresi sambil meningkatkan perasaan euforia bagi pengguna," kata perawat Erin Hillers, dilansir Insider.
Namun, ketika efek alkohol habis, efek kecemasan dapat kembali pada tingkat yang lebih tinggi, mengakibatkan pengguna lebih banyak Xanax.
"Seiring waktu ini dapat menciptakan lingkaran setan," sambungnya.
2. 'Melarikan diri'
Baca Juga: Kamu Harus Tahu! 4 Bahaya Sering Mabuk Alkohol
Xanax dapat meningkatkan efek alkohol. Jadi, beberapa orang mencampur keduanya untuk memperkuat efek alkohol dalam tubuh.
"Sebagian besar pasien saya menggunakan Xanax untuk melarikan diri dari kehidupan mereka yang bergejolak, kecemasan yang tidak terkendali, atau gangguan tidur," psikiater Cheol "Sunny" Kim.
Efek mencampurkan Xanax
Xanax dan alkohol adalah depresan. Artinya, keduanya memengaruhi reseptor yang sama di otak untuk mengontrol sistem saraf pusat.
Depresan memperlambat fungsi sistem saraf, yang dapat meningkatkan perasaan rileks dan mengantuk, sekaligus menganggu koordinadi serta kemampuan bicara.
Penggabungan Xanax dan alkohol akan menimbulkan risiko:
- Kantuk parah
- Kelemahan otot
- Masalah jantung
- Kesulitan bernapas
- Penurunan kesadaran
- Gangguan memori
Salah satu bahaya jangka pendek terbesar dari menggabungkan alkohol dan Xanax adalah risiko depresi pernapasan, atau hipoventilasi, merupakan gangguan pernapasan yang ditandai dengan pernapasan lambat dan tidak efektif.
Hipoventilasi menyebabkan penumpukan karbon dioksida dan pasokan oksigen yang tidak memadai di paru-paru, pada akhirnya dapat memicu serangan jantung, kerusakan otak, koma, atau kematian.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!