Suara.com - Perusahaan farmasi asal Amerika Eli Lilly and Company, mengklaim obat eksperimental yang mereka kembangkan, Tirzepatide, mampu menurunkan badan secara drastis pada orang kelebihan berat badan.
"Setara dengan opsi bedah," kata perusahaan, dilansir Science Alert.
Tirzepatide merupakan obat suntik yang diberikan satu kali seminggu untuk mendorong penurunan berat badan dengan meniru efek hormon inkretin.
Hormon inkretin bertugas menurunkan gula darah setelah kita makan dan mengatur metabolisme yang berhubungan dengan pencernaan.
Sementara tirzepatide merupakan kombinasi sintetis dari dua inkretin, yakni glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1).
Dalam hasil Fase 3 uji klinis SURMOUNT-1 untuk menyelidiki efek tirzepatide, peneliti mendaftarkan 2.539 peserta yang kelebihan berar badan atau obesitas.
Para peserta menerima tirzepatide atau plasebo selama 72 minggu, bersamaan dengan melakukan diet rendah kalori dan meningkatkan aktivitas fisik.
Tirzepatide diberikan dalam tiga dosis berbeda, yaitu 5 miligram, 10 miligram, dan 15 miligram, dalam injeksi mingguan.
Hasilnya, peneliti menemukan:
Baca Juga: PMK Mengganas di Jatim, Gubernur Khofifah Minta Kementan Pastikan Ketersediaan Obat
- Pada dosis tertinggi (15 miligram) peserta mengalami penurunan berat badan rata-rata 22,5% dari berat badan semula (turun sekitar 24 kilogram).
- Dosis 10 miligram, peserta mencapai penurunan berat badan hingga 21,4% (turun sekitar 22 kilogram).
- Dosis terkecil (5 miligram) membuat peserta mengalami penurunan berat badan hingga 16% dari bobot semula (turun sekitar 16 kilogram).
Sebagai perbandingan, kelompok plasebo hanya kehilangan 2,4% dari berat badan mereka (2 kilogram).
Obat ini juga memiliki efek samping dan bergantung pada dosis yang diberikan. Sepertiga pengguna tirzepatide mengalami mual dan diare, beberapa juga mengalami muntah dan sembelit.
Meskipun hasilnya belum ditinjau oleh rekan sejawat, perusahaan mengatakan hasilnya akan diajukan sebagai bahan pertimbangan nantinya.
Hambatan potensial dari obat dinilai sebagai 'masalah harga' atau risiko kecil, dengan hasil penelitian selanjutnya akan semakin meyakinkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menyetujui penggunaan obat bagi pasien obesitas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- Baru 2 Bulan Nikah, Clara Shinta Menyerah Pertahankan Rumah Tangga
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?