Suara.com - Marah dan kecewa adalah perasaan normal yang bisa dialami semua orang baik anak maupun orang dewasa.
Bentuk marah juga beragam, ada yang memilih diam seribu bahasa, namun ada juga yang berpotensi melakukan tindakan agresif.
Namun bagi beberapa orang lainnya, luapan amarah bisa berubah dan menjadi tangisan yang tak terbendung.
Dikutip dari Alo Dokter, menangis sendiri merupakan reaksi alami manusia untuk mengungkapkan suasana hatinya.
Menangis tidak hanya terjadi saat merasa sedih, terharu, atau bahagia saja. Menangis juga bisa terjadi saat sedang marah dan kecewa.
Lalu pertanyaannya, mengapa seseorang menjadi lebih mudah menangis saat marah?
Lebih lanjut, laman tersebut menyebut bahwa pada dasarnya manusia lebih mudah mengekspresikan rasa marah daripada menunjukkan dan mengakui perasaan sedih serta kecewa.
Rasa marah ini dapat diluapkan dengan banyak cara mulai dari berperilaku agresif, mengeluarkan kritik, atau menunjukkan rasa cemas.
Namun pada beberapa kondisi, seseorang mungkin tidak memiliki tenaga lagi untuk meluapkan rasa marah tersebut, hingga akhirnya berujung dengan menitikan air mata.
Di samping itu, perasaan marah dan sedih sering kali disebabkan oleh situasi yang sama, misalnya dipermalukan, dikhianati, diperlakukan tidak adil, penolakan, atau penghinaan. Maka wajar untuk muncul dua emosi dalam satu waktu.
Menangis ketika marah merupakan cara untuk menenangkan diri. Menangis dapat mengubah fokus kita dari yang awalnya terpusat pada masalah menjadi mengatur dan mengontrol napas.
Penelitian juga mengungkapkan bahwa saat seseorang menangis, tubuh akan melepaskan hormon oksitosin dan prolaktin, yang dapat memperlambat detak jantung dan membuat tubuh lebih tenang serta relaks.
Hal yang perlu diingat adalah, marah dan menangis bukan sebuah kesalahan dan bukan tanda kelemahan. Reaksi tersebut merupakan tanda bahwa seseorang punya perasaan dan mampu meluapkan emosi yang sedang dirasakan dengan baik.
Akan tetapi, marah dan menangis pada situasi yang tidak tepat, misalnya saat berada di tempat umum, mungkin akan terasa tidak nyaman. Untuk mengendalikan kedua emosi ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
- Hentikan aktivitas yang sedang dilakukan dan pergilah ke tempat yang lebih nyaman.
- Tarik napas dalam-dalam dan embuskan secara perlahan. Lakukan selama beberapa kali.
- Ucapkan di dalam hati atau secara langsung kata-kata yang membuat lebih tenang, contohnya “Santai dulu, jangan gegabah, ya”.
- Cobalah pikirkan suatu hal yang dapat menciptakan perasaan tenang, misalnya desiran ombak di pantai atau rimbun pepohonan.
- Jika sudah tenang, ceritakan emosimu pada orang yang dipercaya atau menuliskannya di dalam jurnal.
- Jika merasa kesulitan untuk mengontrol amarah dan menangis secara berlebihan hingga sudah menggangu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
- Dikhawatirkan, kondisi yang dialami merupakan gejala depresi yang perlu segera mendapatkan penanganan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda