Suara.com - Belum lama ini, viral sebuah video yang menunjukkan seorang lelaki yang diduga pedofil karena melecehkan anak-anak yang berada di mal. Video tersebut diunggah oleh akun instagram @misisdevi, Minggu (28/06/2022).
Dalam video, dikatakan bahwa lelaki itu telah melakukan pelecehan kepada anak pemilik akun tersebut. Dan tidak hanya kepada anak si pemilik akun, lelaki tersebut juga melecehkan anak lain dari seorang bapak-bapak.
Hal tersebut membuat netizen menduga kalau lelaki tersebut memiliki kelainan. Bahkan ada yang menyebut lelaki tersebut seorang pedofil yang suka mengincar anak-anak.
Namun, apa itu sebenarnya pedofil? Lalu apa penyebab seseorang bisa menjadi pedofil?
Melansir dari psychcentral, pedofilia merupakan kondisi seseorang yang memiliki ketertarikan seksual dengan anak-anak sebelum masa pubertas. Biasanya mereka tertarik dengan anak berusia 13 tahun atau lebih muda dari itu.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5), seorang pedofil menunjukkan berbagai gejala, di antaranya:
- Adanya fantasi atau dorongan seksual terhadap anak berusia 13 tahun atau lebih muda. Biasanya dorongan fantasi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama.
- Mengalami gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan berbagai hal lain.
- Orang tersebut setidaknya berusia 16 tahun atau sekitar 5 tahun lebih tua dari anak yang disukainya. Dalam hal ini, tidak bisa disebut pedofil kalau keduanya sudah dewasa.
Sementara itu, pedofilia juga disebabkan oleh berbagai hal yang mendorong pelaku tertarik dengan anak di bawah umur. Beberapa penyebab seseorang menjadi pedofilia di antaranya adalah:
1. Genetika
Dalam sebuah makalah tahun 2021, dikatakan kalau pedofilia dapat terjadi karena faktor genetik. Hal ini memungkinkan seeseorang mengalami pedofilia karena keturunan dari keluarganya.
Selain itu, berasarkan studi, faktor keturunan itu juga bisa dipengaruhi lingkungan yang menyebabkannya menjadi pedofil. Perilaku lingkungan nyatanya dapat memengaruhi perkembangan otak dan menyebabkan seseorang menjadi pedofil.
Baca Juga: Guru Ponpes di Ogan Ilir Cabuli Belasan Santri, Dituntut Hukuman 15 Tahun Penjara
2. Perbedaan otak
Berdasarkan tinjauan literatur tahun 2015, terdapat perbedaan otak pada seseorang juga bisa menjadi penyebab pedofilia.
- Perbedaan lobus frontal
Pedofilia dapat disebabkan fungsi korteks prefrontal yang terletak di lobus frontl. Bagian ini yang mengontrol perilaku seksual seseorang. Adanya perbedaan ini yang mendorong orang tersebut menjadi pedofil.
- Perbedaan lobus temporal
Lobus temporal sendiri biasa dikaitkan dengan minat dan perilaku seksual. Tidak hanya itu, lobus temporal juga bertanggung jawab memproses emosi pada seseorang. Oleh karena itu, adanya perbedaan lobus ini dapat menyebabkan orang tersebut menjadi pedofil.
- Perbedaan fungsi materi putih
Dalam sebuah makalah tahun 2015, perbedaan materi putih mendorong perilaku seseorang menjadi pedofil. Materi putih sendiri nyatanya berfungsi untuk mengontrol fungsi tubuh dan otak secara alami. Jika pada bagian ini mengalami gangguan, hal itu yang menyebabkan seseorang menjadi pedofil.
3. Hormon
Sebuah studi tahun 2020 mengatakan, hormon dapat menyebabkan seseorang menjadi pedofil. Hal ini karena seseorang yang memiliki hormon androgen (hormon seks) tinggi sehingga menyebabkan seseorang memiliki pikiran untuk menjadi pedofil.
4. Masalah perkembangan
Beradasarkan studi tahun 2020, seseorang yang menjadi pedofil memiliki gangguan saraf seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan autism spectrum disorder (ASD). Selain itu, mereka yang jadi pedofil juga memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang rendah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?