Suara.com - Sebuah penelitian menemukan cara seseorang memegang pena bisa menunjukkan risiko Alzheimer.
Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia yang menyebabkan seseorang perlahan-lahan kehilangan ingatan dan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari.
Gejala dari penyakit alzheimer ini berkembang selama bertahun-tahun, sehingga cukup sulit dikenali pada tahap awal.
Tapi, ada beberapa tanda-tanda awal dari perilaku seseorang yang bisa menandakan penyakit Alzheimer ini, mulai dari caranya memarkirkan kendaraan hingga perubahan humor.
Praktik memegang pena dan kertas sering dimanfaatkan sebagai tes untuk mendiagnosis Alzheimer. Tes ini mengharuskan seseorang untuk menggambar bentuk binatang atau wajah yang ada dalam ingatannya.
Semakin mereka tidak mampu menggambarkannya, maka semakin besar risiko mereka mengembangkan demensia.
Para peneliti dari Universitas Tsukuba, Jepang, telah menemukan tanda-tanda lain dalam tes pena dan kertas yang bisa muncul lebih awal.
Mereka merekrut 144 orang dengan berbagai tingkat kemampuan kognitif, termasuk beberapa dengan demensia dan beberapa yang benar-benar sehat.
Setiap peserta menjalani lima tes menggambar berbeda yang mengukur 22 fitur menggambar. Para peneliti menilai dari tekanan pena, postur pena, kecepatan dan seberapa sering orang tersebut berhenti.
Baca Juga: Australia Selatan Catat Kasus Cacar Monyet Pertama pada Pria yang Bepergian ke Luar Negeri
Kemudian, para peneliti membandingkan fitur-fitur ini dan menggunakan program berbasis komputer untuk melihat seberapa baik ciri-ciri gambar dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan atau tanpa kognisi normal.
Beberapa pasien mengalami gangguan kognitif ringan (MCI), yaitu ketika seseorang mengalami kehilangan ingatan yang sedikit lebih buruk daripada penuaan, tetapi tidak separah demensia.
Mereka masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Para peneliti dapat melihat orang-orang dengan MCI atau Azlheimer berdasarkan gaya gambar mereka.
Mereka memiliki variabilitas yang lebih besar pada tekanan pena, yang berarti beberapa garis halus dan kuat, sementara yang lain lemah dan goyah. Mereka berhenti lebih lama dan kecepatan mereka lebih lambat.
Keakuratan dari lima tes bersama-sama untuk mendeteksi orang yang menderita Alzheimer adalah 75,2 persen secara keseluruhan.
"Meskipun jelas bahwa sifat menggambar yang berhubungan dengan gerakan dan jeda dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif, sebagian besar tes penyaringan tetap relatif tidak akurat," kata Profesor Tetsuaki Arai, penulis senior studi tersebut dikutip dari The Sun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan