Suara.com - Pemerintah harus memastikan jemaah haji yang pulang ke Indonesia dalam keadaan sehat dan tidak terinfeksi penyakit apa pun. Hal itu diungkapkan oleh epidemiolog - dr. Dicky Budiman.
Kata Dicky, pemerintah perlu melakukan pengamanan kesehatan pada jemaah haji dan memastikan mereka tidak terinfeksi penyakit menular seperti Covid-19, MERS atau meningitis.
Seperti diketahui 4.765 jemaah haji akan kembali terbang ke Indonesia pada 15 dan 16 Juli 2022 nanti. Saat ini pemerintah sedang bersiap melakukan karantina kesehatan dan protokol kesehatan yang dilakukan.
"Bukan hanya untuk Covid-19, ada meningitis, MERS, atau bahkan potensi penyakit saluran napas lain yang dibawa itu tetap ada, dan ini pola deteksi pasca-ibadah haji lama dan sekarang saja makin diperkuat," ujar dr. Dicky melalui keterangannya, Rabu (13/7/2022).
Berdasarkan pengalamanya, disarankan selain memastikan jemaah haji tidak ada yang positif Covid-19 usai dari Mekkah, baiknya juga dilakukan observasi selama enam jam setelah tiba memastikan ia tidak bergejala.
"Mungkin setelah observasi enam jam kurang lebih, ya dia bisa keluar atau pulang. Tapi kalau yang bersangkutan bergejala dan selama enam jam observasi, maka dalam satu rombongan yang sama dengan jemaah tersebut harus kembali diobservasi," jelas dr. Dicky.
Peneliti Health Security Griffith University Australia itu menjelaskan waktu observasi enam jam ini diperlukan karena untuk melihat, kemungkinan jemaah haji mengonsumsi obat flu atau demam sehingga gejala belum timbul.
"Karena setidaknya kita bisa melihat, karena memang Omicron BA.4, BA5 memiliki masa inkubasi yang relatif singkat dalam satu hari bisa terjadi. Nah ini artinya durasi enam jam-an ini relatif memadai," jelas dr. Dicky.
Dalam rombongan ada yang bergejala, kata dr. Dicky, baiknya pemerintah juga fokus pada kelompok rawan, terlebih banyak jemaah haji yang sudah lanjut usia dengan morbiditas, sehingga bisa terinfeksi Covid-19 bisa bertambah berat.
Baca Juga: Ratusan Warga Jeneponto dan Makassar Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 BUMN Fase 3
"Nah ini yang artinya observasinya harus ditambah terutama pada kelompok yang rawan, punya komorbid misalnya ataupun sudah mulai menunjukan gejala," tutup dr. Dicky.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan