Suara.com - Seorang wanita bernama Jenna Fletcher harus tetap mengandung walau salah satu janin kembar identik di dalam rahimnya meninggal dunia pada 2018 lalu, saat usia kehamilannya menginjak 32 minggu.
Berbicara kepada Insider, Fletcher mengaku dokter memaksanya untuk mengandung janin yang sudah meninggal dan mengharuskannya untuk dirawat selama seminggu di rumah sakit.
"Saya menghabiskan hampir seminggu di rumah sakit dengan satu anak laki-laki yang masih hidup dam satu anak laki-laki yang mati di dalam tubuhku," kata Fletcher.
Masa kehamilannya berat, baik secara fisik maupun mental. Sebab, ia menderita hiperemesis gravidarum dan mengalami diabetes gestasional. Usianya juga tua untuk mengandung anak kembar.
"Saya diawasi secara ketat karena saya memiliki riwayat preeklamsia dan masalah medis yang mendasarinya," sambungnya.
Hiperemesis gravidarum merupakan muntah dan mual, atau morning sickness, yang terjadi secara berlebihan selama hamil.
Sementara diabetes gestasional adalah diabetes yang berlangsung selama kehamilan hingga proses persalinan.
Fletcher ingin mengakhiri kehamilannya dengan melahirkan bayinya yang masih hidup lebih awal, tetapi pihak rumah sakit menolak.
Menurutnya, bayinya yang masih hidup akan memiliki kesempatan yang lebih baik daripada tetap berada di dalam rahimnya, bersama saudara lainnya yang sudah meninggal.
Baca Juga: Hits Kesehatan: Dikira Hamil Ternyata Miom, Ditemukan Kondom Milik Firaun
"Perasaan bahwa aku mengandung janin meninggal tidak pernah terlupakan. Budaya telah memberi tahu kita bahwa kematian itu menakutkan dan menyedihkan, tetapi kalimat itu (sebenarnya) tidak cukup kuat (untuk menggambarkan perasaanya)," imbuhnya.
Ia mengaku saat itu merasa sangat takut janinnya yang sudah meninggal akan memengaruhi bayi yang masih hidup dan kesehatan dirinya sendiri.
"Aku masih dihantui oleh teror malam, kegelapan berputar-putar di sekitarku, selama dan setelah aku di rumah sakit. Ketika aku menyadari bahwa itu hanya mimpi, (tetap) tidak ada kelegaan, karena aku terjebak di dalam mimpi buruk," lanjutnya.
Fletcher pun akhirnya menjalani persalinan pada minggu berikutnya karena salah seorang dokter kasihan dengan kondisinya. Ia menjalani operasi caesar.
Setelah melahirkan, Fletcher mengalami depresi dan kecemasan pascapersalinan parah. Ia mengaku tidak bisa membayangkan jika harus terus mempertahankan kehamilannya dalam beberapa hari lagi.
"Meskipun saya sangat yakin bahwa jiwa manusia itu tangguh, saya juga berpikir ada beberapa pengalaman yang dapat menghancurkan seseorang. Dipaksa menggendong bayi yang sudah mati di dalam tubuh selama berminggu-minggu adalah salah satunya," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental