Suara.com - Virus Corona Subvarian Omicron masih menyebabkan kenaikan angka infeksi Covid-19 di dunia. Dalam 24 jam terakhir, kasus positif infeksi Covid-19 bertambah sebanyak 642.743 di seluruh dunia.
Data pada situs Worldometers tercatat, kasus positif Covid-19 mingguan sebenarnya turun empat persen. Tetapi, beberapa negara ada yang mengalami kenaikan kasus hingga lebih dari 100 persen.
Dua di antaranya Jepang dan Korea yang alami kenaikan kasus positif hingga dua kali lipat dalam sepekan terakhir.
Selama tujuh hari terakhir, Jepang melaporkan 506.017 kasus dari sebelumnya 241.349 kasus. Sedangkan Korea melaporkan 229.980 kasus dari sebelumnya 111.883 kasus.
Angka kematian bertambah juga 916 jiwa. Sementara jumlah orang yang sembuh naik 519.805 orang. Kematian mingguan secara global juga turun 7 persen.
Tetapi, di beberapa negara tercatat naik lebih dari 50 persen. Seperti, Korea Selatan naik 68 persen, Singapura naik 83 persen, dan Bolivia 67 persen.
Akibat berbagai penambahan tersebut, total kasus Covid-19 global per Minggu (17/7) saat ini tercatat 567,05 juta dengan kematian 6,38 juta jiwa. Masih ada 22,51 juta orang di dunia yang positif Covid-19 hingga sekarang.
Singapura Temukan Kasus Subvarian BA.2.75
Kemunculan Omicron subvarian BA.2.75 tengah jadi perhatian ketat Organisasi Kesehatan Dunia WHO. Pasalnya, subvarian tersebut disebut lebih cepat lagi menular meskipun belum terbukti lebh berbahaya dari varian virus corona sebelumnya.
Singapura belum lama ini menemukan dua kasus impor Covid-19 dengan subvarian Omicron BA.2.75 Kamis (14 Juli), lapor Kementerian Kesehatan (MOH) setempat.
Baca Juga: Gelombang Baru COVID-19 Hantam Kawasan Asia-Pasifik, Dipicu Varian Baru Omicron
Kedua orang yang terinfeksi itu diketahui belum lama ini lakukan perjalanan ke India dan segera melakukan isolasi diri setelah dites positif Covid-19. MOH memastikan bahwa keduanya telah pulih sepenuhnya.
Subvarian BA.2.75, yang dijuluki Centaurus, pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei. Sejak itu, ada kasus yang dilaporkan di sekitar 10 negara lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Kanada.
"Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa BA.2.75 memiliki virulensi atau tingkat keparahan yang berbeda secara substansial dibandingkan dengan pendahulunya Omicron," kata MOH, Sabtu (16/7) waktu setempat, dikutip dari Channel News Asia.
WHO telah mengklasifikasikan BA.2.75 sebagai subvarian Omicron yang sedang dipantau. Kepala ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan mengatakan belum ada cukup sampel untuk menilai tingkat keparahan akibat subvarian tersebut.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa menetapkan varian BA.2.75 sebagai "varian dalam pemantauan" pada 7 Juli.
Namun, ada beberapa indikasi bahwa subvarian BA.2.75 bisa lebih menular atau terkait dengan penyakit yang lebih parah, tetapi buktinya lemah atau belum dinilai.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat