Suara.com - Axel Matthew mengaku sudah tidak pernah makan mie instan selama 7 tahun. Ia menghindari makan mi instan, karena ibunya yang selalu menerapkan pola makan sehat.
"Aku udah 7 tahun enggak makan Indomie. Pengawetnya, dan Mamaku kan hidup sehat. Jadi, aku diedukasiin (kayak gitu)," kata Axel Matthew.
Axel Matthew sendiri mengaku tidak merasa tertekan, melainkan terbiasa memiliki pola pikir untuk menghindari makan mie instan.
Mie instan mengandung bahan-bahan seperti penambah rasa dan pengawet yang membahayakan kesehatan. Butylhydroquinone tersier yang lebih dikenal sebagai TBHQ adalah bahan utama dalam mie instan.
Dilansir dari Healthline, butylhydroquinone tersier adalah pengawet yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan mie instan dan mencegah pembusukan makanan olahan.
Butylhydroquinone tersier dianggap aman bila dikonsumsi dalam dosis kecil. Tapi, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan kronis terhadap TBHQ dapat menyebabkan kerusakan saraf, meningkatkan risiko limfoma dan menyebabkan penyakit hati.
Beberapa orang yang terpapar TBHQ telah mengalami gangguan penglihatan dan penelitian lain menunjukkan kalau pengawet ini bisa merusak DNA.
Bahan-bahan kolaboratif lain yang ditemukan di sebagian besar merek mie instan adalah monosodium glutamat (MSG). MSG adalah aditif yang digunakan untuk meningkatkan rasa gurih dalam makanan dan membuatnya lebih enak.
Orang-orang tertentu mungkin lebih sensitif terhadap MSG daripada yang lain. Konsumsi pengawet ini telah mengobati gejala-gejala seperti sakit kepala, mual, tekanan darah tinggi, kelemahan, otot dan kemerahan pada kulit.
Baca Juga: Sering Berdebar Tanpa Sebab dan Mudah Lelah? Waspada Tanda Gangguan Irama Jantung
Konsumsi MSG dalam jumlah kecil mungkin masih aman untuk kesehatan, kecuali Anda mengonsumsinya dalam jumlah besar. MSG bisa menyebabkan beberapa efek kesehatan yang merugikan.
Makan mie instan sesekali juga tidak akan membahayakan kesehatan Anda. Makan mie instan secara teratur itulah yang buruk untuk kesehatan secara keseluruhan.
Sebuah penelitian pada 6.440 orang dewasa Korea menemukan bahwa mereka yang rutin makan mie instan memiliki asupan protein, fosfor, kalsium, zat besi, kalium, niasin, dan vitamin A dan C yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi makanan ini.
Selain itu, mereka yang sering makan mie instan juga lebih berisiko menderita sindrom metabolik. Gejalanya termasuk lemak perut, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kadar lipid darah yang tidak normal.
Oleh karena itu, sebaiknya batasi asupan mie instan Anda dan jangan mengonsumsinya sebagai pengganti makanan pokok.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!