Suara.com - Sebuah perusahaan internet di China dikecam karena menuntut seorang karyawan untuk memberi bukti bahwa ia cuti untuk nenek kandungnya sendiri.
Seorang wanita bermarga Zhang dari Hangzhou, provinsi Zhejaing, baru-baru ini mengetahui bahwa neneknya di kampung sakit parah akibat pendarahan otak.
Ia pun segera meminta izin cuti kepada atasannya dan memesan penerbangan untuk pulang kampung.
"Saat itu, kepala tim menyuruhku untuk memberikan surat diagnosis medis nenek saya," kata Zhang, dikutip dari South China Morning Post.
Tetapi setelah memberikan surat diagnosis sang nenek, ada atas lain yang kembali meminta bukti bahwa nenek yang akan dikunjunginya adalah nenek kandung Zhang.
"Saya sudah berada di bandara, saya cemas dan marah pada saat yang sama!" tulisnya dalam sebuah unggahan media sosial Douyin. Zhang memang mengungkap kisahnya dalam sebuah utas.
Zhang pun akhirnya menghubungi HR untuk memberi fotokopi KTP serta Kartu Keluarga untuk membuktikan bahwa dia dan neneknya adalah saudara sedarah.
"Dengan hanya surat diagnosis rumah sakit berusia 75 tahun, saya tidak bisa menyimpulkan bahwa dia adalah nenek Anda," ujar salah seorang pegawai HR kepada Zhang.
HR melanjutkan, "Bukannya kami tidak mempercayaimu. Itu karena kami percaya Anda, itulah sebabnya kami meminta Anda untuk memberikan lebih banyak bukti."
Baca Juga: Problematika Penerapan Regulasi Undang-Undang Cuti Haid bagi Pekerja Perempuan
Zhang pun akhirnya memberikan foto Kartu Keluarga kepada HR. Tetapi mereka menolaknya karena tidak tercantum nama neneknya.
"Saya tidak lagi berbagi Kartu Keluarga yang sama dengan nenek saya sejak pindah ke Hangzhou," lanjutnya.
Setelah itu, HR pun mengira Zhang memalsukan alasan cutinya dan mengancamnya akan membuka penipuan tersebut di depan semua karyawan kantor.
Zhang yang sudah melakukan berbagai cara untuk membuktikan bahwa itu adalah nenek kandungnya, merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi hingga akhirnya keluar dari perusahaan.
Kisah Zhang ini membuat banyak warganet geram. Bahkan, mereka terang-terangan mengecam perlakuan perusahaan kepada karyawannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?