Gejala hepatitis B akut yang muncul umumnya adalah mengalami rasa sakit di abdomen (bagian perut atas) di sebelah kanan, penyakit kuning dan urine berubah warna gelap dan pekat seperti teh.
Penularan VHB 95 persen terjadi secara vertikal yakni ketika proses persalinan. Sedangkan penularan sebesar 5 persen berlangsung secara horizontal melalui proses transfusi darah, penggunaan jarum suntik, pisau cukur, dan transplantasi organ. Infeksi virus hepatitis B ini bisa dicegah melalui vaksinasi sejak dini.
3. Hepatitis C
Penderita penyakit hati kronis seperti sirosis atau kanker hati cenderung lebih mudah mengalami hepatitis C. Umumnya infeksi VHC akan berkembang ke tahap kronis sehingga dibutuhkan pengobatan khusus.
Namun sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat meninimalisir VHC. Terlebih virus ini punya tipe gen atau genotip yang berbeda-beda.
Sama halnya seperti VHB, infeksi VHC dapat ditularkan melalui transfusi darah, cairan tubuh dan transplantasi organ. Sementara itu penularan dari persalinan atau hubungan seksual terjadi dalam kemungkinan kecil.
4. Hepatitis D dan E
Dua virus hepatitis lainnya VHD dan VHE memang tak banyak ditemukan kasusnya di Indonesia tapi penyebarannya perlu diwaspadai. VHD alias virus delta merupakan jenis virus hepatitis yang paling jarang ditemukan tapi juga paling berbahaya di antara virus hepatitis lainnya.
Sebagai informasi, VHD memerlukan VHB (virus hepatitis B) untuk dapat berkembang biak sehingga hanya bisa ditemukan pada penderita hepatitis B.
Baca Juga: Pencegahan Cacar Monyet Mirif dengan Prokes Covid-19
Sementara itu VHE memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan VHA (virus hepatitis A), yaitu termasuk jenis virus yang ditularkan melalui fecal oral atau masuk melalui mulut.
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis dapat disesuaikan dengan jenis hepatitis dan tingkat keparahannya. Metode pengobatan hepatitis yang dapat dilakukan adalah pemberian obat-obatan dan transplantasi hati. Berikut penjelasannya.
1. Obat interferon
Beberapa jenis hepatitis akibat virus bisa sembuh dengan sendirinya. Namun obat-obatan pun perlu dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
Jenis obat yang diresepkan oleh dokter adalah interferon yang biasanya diberikan lewat suntikan setiap minggu selama 6 minggu.
Berita Terkait
-
Pencegahan Cacar Monyet Mirif dengan Prokes Covid-19
-
Orangtua, Yuk Ketahui Bahaya Diabetes Melitus dan Gejalanya pada Anak
-
15 Anak yang Terinfeksi Hepatitis Akut Misterius Membutuhkan Transplantasi Hati
-
Kasus Aktif Covid-19 Capai 2.105 Orang, Pemkot Jakbar: Umumnya Gejalanya Pilek dan Demam
-
Amitabh Bachchan Pernah Derita Hepatitis B akibat Tertular Penggemar, Kok Bisa?
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda