Suara.com - Seperti yang diketahui, makanan yang mengandung micin atau MSG menjadi favorit banyak orang. Hal ini karena MSG memberikan rasa gurih nikmat sehingga membuat banyak orang ketagihan.
Meskipun demikian, tak sedikit orang merasa khawatir dengan makanan yang mengandung MSG karena dianggap tidak baik untuk tubuh, terutama pada anak-anak. Benarkah?
Dokter Spesialis Anak dan Edukator Kesehatan, dr. Ardi Santoso, Sp. A, M. Kes. mengungkapkan, MSG (Monosodium Glutamat) atau micin merupakan zat garam dari asam glutamat yang terdapat pada makanan.
Dr. Ardi mengatakan, MSG juga memiliki berbagai peran penting dalam tubuh manusia. Beberapa peran penting tersebut di antaranya adalah:
- Membantu pencernaan pada usus
- Mengontrol nafsu makan
- Membantu strategi diet rendah garam
- Membentuk proses pencernaan di mulut
- Menjaga kesehatan mulut
Seperti halnya dengan garam, MSG sendiri juga mengandung natrium. Namun, rupanya kandungan natrium pada MSG jauh lebih rendah dibandingkan dengan garam.
“MSG mengandung 12 persen natrium sedangkan garam dapur 39 persen. Berarti MSG lebih rendah dan aman sehingga membantu menghindari seseorang dari hipertensi,” ucap dr. Ardi dalam Webinar Ajinomoto X Katadata "Peran Umami dalam Mewaspadai Asupan Garam Berlebih untuk Hidup Lebih Sehat", Selasa (2/8/2022).
Menurut dr. Ardi, takaran MSG untuk dikonsumsi sendiri tidak memiliki nilai spesifik. Hanya saja menurutnya, penggunaan MSG sendiri harus secukupnya dan tidak berlebihan. Hal ini juga didukung oleh Permenkes RI No.033-2012 & Peraturan BPOM No.23-2013 tentang penggunaan MSG yaitu ‘secukupnya’.
Tidak hanya itu, dr. Ardi juga mengungkapkan beberapa mitos mengenai MSG yang disalahartikan masyarakat, di antaranya sebagai berikut.
Mitos: MSG mengganggu fungsi otak.
Faktanya: Hal ini karena tidak ada penelitian yang membuktikan MSG menyebabkan kerusakan saraf otak dan membuat kebodohan.
Baca Juga: Benarkah Penggunaan MSG Berdampak Buruk Bagi Kesehatan? Begini Faktanya
Mitos: MSG menyebabkan asma.
Faktanya: MSG tidak memiliki hubungan sama sekali terkait kandungan glutaman dan gejala asma.
Mitos: MSG berisiko penyakit kanker.
Faktanya: Berdasarkan informasi tahun 2017 oleh Ketua Yayasan Kanker Indonesia, kanker dengan MSG tidak ada kaitannya.
Mitos: MSG pemicu kelebihan berat badan (obesitas).
Faktanya: Mengonsumsi MSG tidak berkaitan dengan kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan terjadi karena gaya hidup, asupan makanan berlebih, usia, dan lain-lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia