Suara.com - Indonesia berpotensi 'diserbu' oleh dokter jantung asing, karena kekurangan sumber daya tenaga kesehatan atau SDM nakes dokter jantung dalam negeri untuk melayani masyarakat yang berjumlah 270 juta jiwa.
Hal ini diungkap Sekjen Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA bahwa kondisi saat ini di Indonesia satu dokter jantung harus melayani 100 ribu penduduk.
Padahal idealnya menurut data Bappenas 2018, harusnya di 2025 mendatang Indonesia harus memiliki minimal 28 dokter spesialis Jantung untuk 100 ribu penduduk.
Menurut dr. Oktavia, jumlah ini masih sangat jauh dari angka kebutuhan dokter jantung dengan kondisi yang ada di Indonesia saat ini.
"Sehingga otomatis harus dipikirkan, karena kalau kita sendiri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan SDM tersebut maka dokter asing yang akan masuk," ujar dr. Oktavia dalam acara diskusi Kamis, (4/8/2022).
Ia menambahkan, kurangnya jumlah dokter jantung dalam negeri ini juga dikarenakan sedikitnya jurusan kedokteran spesialis jantung, yang bahkan jumlahnya sangat terbatas dan bisa dihitung jari.
"Jumlah pusat pendidikan dan pelatihan untuk dokter spesialis jantung dan pembuluh darah belum memadai, kita hanya punya 13 prodi di Indonesia, dan ini kita berharap nantinya akan makin besar dan banyak," ungkapnya.
Harapannya jika jumlah prodi diperbanyak, maka akan semakin banyak pula jumlah dokter spesialis jantung pembuluh darah yang dimiliki Indonesia.
Selain itu memperbanyak prodi spesialis jantung, juga akan berdampak pada pelayanan penyakit jantung yang lebih merata di seluruh Indonesia. Sekaligus bisa mencegah tenaga dokter jantung asing yang masuk ke Tanah Air.
"Solusinya antara lain adalah secara internal kita meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita, dengan cara kita bentuk beberapa prodi dengan pengembangan ilmu dan teknologi berbasis bukti, jadi kita harus meningkatkan kualitas," tutup dr. Oktavia.
Sementara itu, kondisi ini juga sudah pahami Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyadari Indonesia kekurangan dokter spesialis, salah satunya spesialis jantung dan pembuluh darah.
Inilah sebabnya Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk menambah kuota di fakultas kedokteran dan semakin memperbanyak peluang pendidikan dokter spesialis di beberapa universitas di Indonesia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis