Suara.com - Kementerian Kesehatan memasukkan vaksin campak dan rubela atau MR dalam program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) untuk usia 9 hingga 15 tahun, sesuai dengan domisilinya.
Pemberian vaksin MR tersebut masuk dalam imunisasi tambahan tanpa melihat status vaksinasi sebelumnya. Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K)., menjelaskan, walaupun sebelumnya bayi di atas 9 bulan sudah mendapatkan imunisasi MMR, tetap perlu mendapatkan imunisasi tambahan vaksin MR.
"Apakah anak yang sudah mendapatkan vaksin MMR perlu mendapatkan vaksin MR? Jawabannya perlu, karena kalau kita baru mendapatkan satu vaksin itu kemungkinan kita membentuk kekebalan tubuh yang cukup untuk melindungi dari virus campak adalah kira-kira hanya 85 persen," jelas Prof. Hartono dalam siaran Instagram IDAI, Senin (8/8/2022).
Ia menyampaikan bahwa anak perlu minimal dua kali disuntik vaksin campak dan rubela agar memiliki imunitas lebih baik.
Prof. Hartono menjelaskan, perbedaan antara vaksin MMR dengan MR bisa dilihat dari jumlah kombinasi vaksinnya. Vaksin MR merupakan kombinasi vaksin campak atau Measles (M) dan Rubella (R). Sedangkan vaksin MMR terdiri dari tiga komponen, yaitu Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella.
"MMR isinya tiga vaksin, sedangkan MR isinya 2 vaksin. Yang berbeda adalah M yaitu mumps atau gondongan itu suatu penyakit virus yang menyebabkan pembesar kelenjar ludah di pipi dan itu tidak tercantum dalam vaksin MR atau campak rubella," jelasnya.
Apabila anak sudah mendapatkan imunisasi MMR, Prof. Hartono menyampaikan, imunisasi MR baru boleh diberikan minimal 4 minggu kemudian.
"Karena MR mengandung virus hidup yang dilemahkan, jarak minimal antara dua vaksin MR tadi adalah 4 minggu atau 1 bulan," ujarnya.
Pada program BIAN, pemberian vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Tetapi, ketentuannya berbeda setiap provinsi. Khusus di pulau Jawa, vaksin MR diberikan kepada anak berusia 9 bulan sampai 5 tahun yang berdomisili di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Baca Juga: ASI Merupakan Imunisasi Pertama Bagi Bayi
Sedangkan di Bali dan DIY Yogyakarta tidak akan dilakukan imunisasi tambahan MR karena capaian imunisasi campak rubella di kedua provinsi tersebut telah tinggi.
Vaksin MR tambahan untuk usia 9 bulan hingga 15 tahun hanya diberikan di lima provinsi yang dianggap berisiko tinggi terjadi penularan campak dan rubela. Yaitu Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Sedangkan 12 provinsi lainnya, yaitu Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Seluruh provinsi di Kalimantan, seluruh provinsi di Sulawesi, seluruh provinsi di Nusa Tenggara, seluruh provinsi di Maluku dan seluruh provinsi di Papua, sasaran untuk imunisasi tambahan campak rubela mulai dari 9 bulan sampai 12 tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan