Suara.com - Kasus cacar monyet di seluruh dunia hingga kini masih terus bertambah. Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sempat menetapkannya sebagai darurat kesehatan global.
Meski demikian hingga kini kasus cacar monyet belum dilaporkan di Indonesia. Namun, penting untuk bisa mencegah agar tidak tertular.
Dalam keterangannya, Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Siloam Hospitals Yogyakarta, dr. Ludhang Pradipta R M. Biotech Sp.MK., mengingatkan bahwa cara terbaik terhindar dari paparan cacar monyet adalah meminimalkan kontak antar manusia dengan penderita (karier).
"Penularan virus ini melalui kontak erat, dan dari kasus yang ada didapatkan resiko lebih tinggi pada individu prilaku seks menyimpang (MSM)”, ungkap Ludhang Pradipta.
Ludhang Pradipta mengatakan bahwa cacar monyet merupakan penyakit zoonosis, disebabkan virus monkeypox. Penyakit ini biasanya dimulai dengan fase inkubasi panjang (5-21 hari), kemudian fase demam (gejala yang mirip dengan flu, termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening(limfadinopati), kemudian berkembang fase ruam, dimana permukaan kulit muncul ruam kemerahan.
"Infeksi virus ini ditandai dengan perubahan ujud kelainan di kulit yang sekilas hampir serupa dengan cacar air", ungkap Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Siloam Hospitals Yogyakarta, dr. Ludhang Pradipta R M. Biotech Sp.MK.
Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Siloam Hospitals Yogyakarta, dr. Ludhang Pradipta R M. Biotech Sp.MK., mengungkap bahwa virus cacar monyet dapat melalui perantara formites dipermukaan benda mati yang terkontaminasi virus tsb. Selain dapat menyebar melalui kontak erat, WHO dan CDC menyebutkan pula penularan dapat terjadi melalui percikan pernapasan (droplet) atau menyentuh luka, atau koreng saat pasien pada fase ruam.
"Karenanya pencegahan efektif adalah menegakkan protokol kesehatan melalui penggunaan masker ditempat umum, cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh benda diluar area pribadi pun menjaga jarak ditempat kerumunan, dikontaminasi atau disinfeksi permukaan alat benda yang ada disekitar kita", tutur dokter Ludhang yang berpraktek tetep di rumah sakit di bilangan Laksda Adi sucipto, Demangan Kota Yogyakarta ini.
Baca Juga: Terdeteksi di Limbah Kota New York, Penyebaran Virus Polio Mulai Marak di Amerika
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif