Suara.com - Obesitas sangat berkaitan dengan gaya hidup. Gangguan kesehatan tersebut tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tapi juga anak-anak bahkan saat masih balita.
Dokter spesialis anak Prof. dr. Aman Pulungan, Sp.A(K) menyampaikan bahwa anak yang sejak balita sudah obesitas berisiko lebih tinggi alami kematian sebelum usia 50 tahun.
"Masalah utama dari obes memang sindrom metabolik. Kalau kita lihat data, mereka juga risiko menjadi kematian dini lebih tinggi. Data American India juga, terjadi kematian di bawah 50 tahun, data semua rata-rata orang obes atau hipertensi, bahkan kolesterol tidak menjadi masalah. Jadi penyebab kematian itu hipertensi dan diabetes. Dua itu karena lifestyle," jelas Prof. Aman saat lakukan siaran langsung Instagram beberapa waktu lalu.
Obesitas tidak hanya sekadar kondisi tubuh, tapi penyakit yang seharusnya tidak boleh terjadi pada umur berapa pun, lanjut Prof. Aman. Ia mengingatkan kepada orang tua agar aktif memperhatian tinggi badan, berat badan, dan gaya hidup anak agar tidak mengalami obesitas sejak kecil.
Menurutnya, tidak terlalu sulit mencegah obesitas pada anak. Mantan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menyarankan rumus 5210 dalam membentuk gaya hidup anak lebih sehat yang bisa diterapkan sejak anak masih balita.
"Itu rumus 5210. Jadi, ajari anak 5 kali makan buah dan sayur per hari. Pagi sarapan buah, siang dengan buah dan sayur, malam buah dan sayur. Kalau (dua kali) snack buah juga," jelasnya.
Kemudian, 2 berarti tidak boleh duduk diam lebih dari dua jam. Namun bukan dalam arti duduk belajar di sekolah. Melainkan duduk diam main game atau pun menonton film.
Rumus 1 diartikan dengan anjuran aktivitas fisik minimal 1 jam per hari yang disesuaikan dengan usia anak. Bagi balita, kata Prof. Aman, belum perlu olahraga yang terstruktur, seperti lari, sepeda, atau pun olahraga tim. Tapi, cukup pastikan balita aktif bergerak.
"Suruh main-main saja, lompat sana, lompat sini," sarannya.
Rumus terakhir, 0 menandakan tidak konsumsi gula tambahan dari mana pun.
"Zero no sugar, kan kita sudah dapat gula dari mana-mana, dari buah, makanan sudah ada. Makan permen kadang gak apa-apa lah, tapi jangan keseringan," pesannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara