Suara.com - Kasus baru virus Ebola di kota Beni, Republik Demokratik Kongo Timur, diduga masih berkaitan dengan wabah mematikan yang terjadi pada 2018 silam.
Hal tersebut berdasarkan temuan studi dari Institut Nasional untuk Penelitian Biomedis (INRB) Kongo. INRB lakukan pengujian kasus secara genetik terkait dengan wabah 2018-2020 di provinsi Kivu Utara dan Ituri, yang menewaskan hampir 2.300 orang, kata sebuah pernyataan dari Placide Mbala, kepala Laboratorium Genomik Patogen di INRB.
Selama 2021, wabah Ebola di Kongo juga menewaskan enam orang. Wabah terbaru Kongo terjadi di bagian lain dari negara itu. Kemudian dinyatakan berakhir pada Juli setelah ditemukan adanya lima kematian.
Virus Ebola dapat menempel di mata, sistem saraf pusat, dan cairan tubuh orang yang pernah terinfeksi, kemudian sembuh dan kambuh bertahun-tahun kemudian.
Kasus seperti itu terkonfirmasi pada seorang perempuan yang meninggal pada 15 Agustus setelah dirawat di rumah sakit di Beni pada 23 Juli.
"Temuan awal kami menunjukkan bahwa kasus ini kemungkinan merupakan gejolak baru wabah Nord Kivu/Ituri 2018-2020, yang diprakarsai oleh penularan virus Ebola dari penyintas yang terinfeksi terus-menerus atau penyintas yang mengalami kekambuhan," kata Mbala, dikutip dari Fox News.
Penyelidikan tetap dilakukan untuk mencari tahu sumber penularan.
Setidaknya 131 kontak erat perempuan itu telah diidentifikasi termasuk 60 petugas kesehatan, 59 di antaranya sudah divaksinasi Ebola.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki kasus dugaan Ebola di Beni setelah seorang perempuan berusia 46 tahun itu meninggal.
Baca Juga: Wabah PMK Belum Sepenuhnya Teratasi, Daerah Masih Tutup Pasar Hewan
Wilayah Kongo yang banyak hutan tropis lebat termasuk habitat alami bagi virus Ebola. Kongo tercatat telah 14 kali alami wabah Ebola sejak 1976. Wabah 2018-2020 di timur menjadi yang terbesar di Kongo dan terbesar kedua yang pernah tercatat, dengan hampir 3.500 total kasus.
Seseorang yang terinfeksi Ebola bisa mengalami gejala seperti, demam, nyeri tubuh, dan diare.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif