Suara.com - Dalam aspek perkembangan anak, disebutkan dalam penelitian bahwa alergi dapat membawa dampak tak hanya pada fisik, tetapi juga kondisi sosial dan kognitif. Anak alergi dapat mengalami masalah psikologis mulai dari gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif, hingga lemas.
Dikatakan psikolog anak dari Universitas Indonesia, Anastasia Satriyo, bahwa dari penelitian yang ada, anak yang alergi lebih rentan mengalami kecemasan.
"Merasa badannya merasa ringkih, karena makan ini teman-teman lain enggak apa-apa, kok aku apa-apa, dia cemas, aku boleh enggak ya makan ini, dan isunya akan lebih banyak ketika dia keluar rumah," kata Anastasia dalam sebuah webinar pada Selasa (23/8/2022).
Meski demikian, Anastasia menegaskan bahwa kecemasan pada anak juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh dari lingkungan sosialnya.
"Anak yang lahir dengan isu alergi, pasti orang tuanya lebih cemas dan itu menjadi aksi-reaksi pada anak," ujar Anastasia.
Kemudian saat memasuki usia sekolah, anak yang menderita alergi dikatakan Anastasia rentan mengalami pengucilan atau isolasi sosial karena tidak bisa beraktivitas seperti teman-teman sebayanya.
"Ini terkait juga dengan isu bullying, misalnya, 'enggak asik, ah, kamu enggak bisa makan ini, enggak bisa main kayak gini'," imbuh Anastasia.
Sementara dari sisi orang tua, ketika memiliki anak yang menderita alergi, mereka juga seringkali mengalami kecemasan. Bahkan, kondisi kecemasannya justru lebih serius daripada alergi itu sendiri.
"Hal ini tergambar dalam sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa 41 persen orang tua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan dampak yang signifikan pada tingkat stres mereka," tutur Anastasia.
Baca Juga: Mengenal Guilt Trip, Manipulasi Psikologis Membuat Orang Merasa Bersalah
Untuk mengatasinya, Anastasia mengatakan penting bagi orang tua agar tidak panik saat reaksi alergi pada anak muncul. Orang tua juga perlu menciptakan suasana hangat yang mampu memberikan rasa aman secara emosi pada anak.
"Ini dapat membantu pemulihan anak dengan alergi karena alergi rentan terpicu oleh stres emosi-psikologis," imbuhnya.
Anastasia juga mengingatkan pentingnya untuk berkonsultasi pada dokter ahli guna mengetahui penyebab alergi pada si kecil dan mengupayakan agar tidak terjadi dampak yang buruk.
"Orang tua dengan anak yang memiliki kondisi alergi juga harus tetap bisa mendukung anak dengan golden stimulation atau memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan tahapan pertumbuhan anak agar anak dapat tumbuh menjadi anak hebat," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental